16. Naufal dan Ayah

1.3K 155 15
                                    

Tolong yang belum bayar, bayar sebelum tanggal 20 yaa

Naufal mendesah lelah usai membaca pesan yang dikirim oleh guru lesnya ke grup. Salah satu orang yang belum membayar iuran les adalah dirinya. Masa-masa ini adalah masa-masa yang paling Naufal tak suka. Saat gurunya sudah menagih, sementara orangtuanya belum memberikan uang.

Naufal sudah bicara pada sang bunda. Mungkin bundanya lupa?

Memang hanya sekali dia bicara itupun dua minggu lalu. Naufal bukan tipe orang yang bisa berbicara terus-menerus. Satu kali bicara pun itu butuh waktu lama mengumpulkan keberanian, bukannya apa-apa Naufal hanya tidak enak jika harus menagih sesuatu pada orangtuanya.

Namun kali ini nampaknya mau tidak mau Naufal harus bicara kembali. Mumpung di rumah hanya ada sang bunda, ayah, dan dirinya, karena para kakaknya sedang pergi keluar.

Naufal keluar dari kamarnya dan mencari keberadaan sang bunda. Naufal menemukan bundanya tengah mencuci piring di dapur.

"Bun!"

"Kenapa dek?" Bunda mengalihkan perhatiannya pada si bungsu yang memanggilnya.

"Uang buat bayar les udah ada bun? Udah ditagih lagi ini. " Sungguh Naufal tidak enak mengatakan ini, dirinya jadi terkesan menuntut. Tapi apa boleh buat?

"Oh itu, ada." Jawaban bunda yang membuat Naufal sedikit lega. "Tapi kamu minta sendiri sana sama Ayah, sekalian mau ngomong juga katanya."

"Tolong bunda aja yang minta bisa gak bun?" Bukannya bagaimana, minta pada sang bunda saja Naufal sudah berat apalagi pada sang Ayah. Ayolah jadi orang yang tidak enakan itu sungguh tidak enak!

"Belajar berani Fal, jangan apa-apa selalu harus diwakilin bunda, gak bisa gini terus Fal, kamu harus mampu speak up sendiri. Kayaknya ada yang mau Ayah kamu omongin juga sama kamu, sana temuin ayah kamu!" Setelah mengatakan hal itu bunda kembali fokus pada cucian piringnya.

Naufal menghela nafas berat. Dia tidak kecewa ataupun marah pada sang bunda karena tidak mau membantunya, hanya saja Naufal sedikit tertampar oleh perkataan sang bunda. Memang benar dirinya selalu mengandalkan sang bunda setiap kali ada sesuatu yang dia perlukan.

Seperti saat kecil dirinya selalu ingin meminta jajanan Rian atau Nova, dia tak berani meminta sendiri dan malah meminta tolong sang bunda untuk mewakili dirinya. Faktanya memang Naufal tak seberani itu meminta sesuatu dan mengungkapkan sesuatu yang dia inginkan. Hal ini membuat Naufal terkesan manja selalu melibatkan bundanya dalam hal apapun, sehingga membuat kesalahpahaman tercipta di pemikiran salah satu kakaknya.

Bundanya benar Naufal tak boleh seperti ini terus, tak selamanya dia bisa bergantung pada sang bunda, ada masanya bundanya tidak bisa membantunya.

"Ayahnya dimana bun?" Tanya Naufal setelah melamun beberapa saat.

"Teras mungkin," Jawab bunda.

Benar saja sang Ayah memang sedang berada di teras. Naufal lihat ayahnya sedang memandang langit malam, tak lupa segelas kopi dipegangnya. Memang sudah kebiasaan ayah dari empat putra itu ngopi di teras rumah malam-malam. Naufal langsung duduk disebelah sang Ayah dan ikut memandang yang dipandang oleh ayahnya.

Slurrrp

Ayah meneguk kopinya. "Mau Fal?" Tawarnya.

Naufal menengok pada sang Ayah kemudian menggeleng. "Gak, Ayah aja."

Hening, ayah tak lagi bicara dan Naufal pun bingung bagaimana caranya berbicara pada ayahnya. Langsung meminta atau basa-basi terlebih dahulu? Naufal berharap ayahnya bertanya alasannya menghampirinya, namun ayahnya malah diam saja.

PERSEGI | 00L dreamTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang