"Itu hal terbodoh yang pernah aku lakuin," Kata Haidar sambil meringis malu. Sungguh sebenarnya dia tak ingin menceritakan semua itu pada gadisnya, dia takut sang kekasih akan infeel padanya, mengingat betapa bodohnya dirinya kala remaja.
Di luar ekspektasi Haidar, gadisnya malah menertawakannya dengan sangat puas.
"Please, ada-ada aja kamu, orang mah pengen jadi anak kandung, ini maksa pengen jadi anak pungut. Aduh Idar, Idar, teh DNA segala, gegara tes darah yang hasilnya dikibulin sama temen, haduh perut aku sakit!"
"Puas ledek aku, iya, tau bakal diketawain mampus kayak gini aku mending gak cerita." Mulai mendrama, Haidar membelakangi gadisnya, berlagak marah.
Spontan gadis itu menghentikan tawanya, dia peluk Haidar dari belakang lalu menghadiahinya sebuah kecupan di pipi.
"Aku paham kok kenapa kamu gitu, maaf ya aku udah ngetawain kamu, asal kamu tau dengan beraninya kamu nyeritain hal yang paling buruk dalam hidup kamu ke aku, kamu itu udah hebat banget, kamu keren. Aku tau gak mudah buat kamu damai sama semua itu, kamu pasti pengen lupa kenangan buruk itu, makasih udah mau berbagi sama aku, kita ambil pelajaran baiknya sama-sama ya."
"Sebelah doang mah gak dimaafin, sebelahnya lagi coba, terus nanti kening lanjut bibir." Bukan Haidar kalau tidak melunjak, dari dulu hingga sekarang, Haidar sama sekali tidak berubah.
Gadis itu langsung melepaskan pelukannya dan menjauh beberapa centi dari Haidar. "Mesum dasar!"
"Mesum apanya, cium doang!"
Haidar bukan anak SMA lagi, dia sudah dewasa sekarang, dia sudah cukup umur, tepatnya bulan lalu dia resmi berumur 21. Ulang tahun yang sangat amat berkesan, sebab gadisnya turut merayakan dan memberikannya kado yang teramat spesialspesial yang tak akan pernah Haidar lupakan seumur hidup.
"Tapi serius Idar, kamu keren mau cerita semua ini ke aku. Lalu sekarang gimana, kalo kamu aku tau, maksud aku, aku tau sekarang kamu sama aku, kamu tumbuh jadi sosok sekeren ini yang pastinya jadi cowok aku, terus A Rian gimana? Jadinya sama siapa? Teh Maya atau Teh Ninda? A Nova, dia sama Teh Kania kenapa? Raya, sekarang dia dimana?"
"Kepo banget sih!" Tangan Haidar terulur mencubit gemas pipi gadisnya yang sedikit berisi itu.
"Iya, kan, aku pengen tau keadaan sekarang."
"Oke sekarang aku cerita tentang masa depan, sekarang aku ceritain tentang aku dulu ya, setelah itu aku diizinin kuliah di jurusan dan universitas yang aku mau, seperti yang kamu tau sekarang aku kuliah disini dan ngambil jurusan teknik. Aku milih universitas yang jauh dari rumah bukan tanpa alasan, aku butuh waktu untuk bersikap biasa kayak dulu lagi, jujur aku malu setelah semua yang terjadi, aku jadi bener-bener sungkan sama keluarga aku sendiri, itu semua karena kebodohan aku sendiri sih. Beberapa tahun berlalu, aku mulai bisa sedikit menjadi Haidar yang dulu lagi, aku mulai berkomunikasi baik sama bunda ayah sama kakak-kakak aku sama Naufal juga. Terus aku akhirnya ketemu lagi sama kamu, karena kamu aku sembuh, sembuh dari semuanya, aku selalu nunggu kamu, rupanya kamu emang gak ditakdirkan di masa remaja ku yang hancur, tapi kamu ditakdirkan dimasa dewasa ku dimana aku sedang memperbaiki yang sempat hancur karena ulah ku sendiri."
"Soal A Rian, coba kamu tebak, jadi nikahnya sama siapa? Spoiler aja istri A Rian sekarang lagi hamil 3 bulan, rencananya aku mau pulang pas acara 4 bulanan nanti!"
"Teh Maya gak sih?" Tebak gadis itu.
Haidar tersenyum. "Kenapa kamu mikir Teh Maya yang sama A Rian?"
"Feeling aja sih, jangan tebak-tebakan kenapa sih, langsung kasih tau aja!"
"Nanti kamu ikut aku pulang, pertanyaan kamu ini bakal kejawab langsung," Kata Haidar masih enggan memberitahu. Membuat gadisnya jadi penasaran saja.
"Terus A Nova kenapa sama Teh Kania?"
"Singkatnya, A Nova kpopers, Teh Kania bukan. Kamu pasti paham."
Lagi.
Haidar tidak memberitahu dengan jelas. Tapi gadis itu menerka satu hal yang mungkin terkaannya itu sangat benar.
"Raya, dia sekarang dimana?"
Pertanyaan yang memancing keributan. Kenapa gadisnya tidak bertanya soal Naufal saja, mengapa harus Raya yang ditanyakan?
"Kenapa nanya Raya?"
"Loh, emang kenapa? Gak boleh aku nanya Raya? Pengen tau aja, dia kan tiga tahun tulus banget suka sama kamu, mendem rasa selama itu, giliran confes gak kamu terima, kamu jahat banget sih, mending Raya jadian sama Naufal daripada sukain kamu diem-diem lama banget tapi endingnya gak dapet feedback."
"Kalo aku terima dia, aku gak akan sama kamu, hubungan aku sama Naufal ancur nya lebih parah dari yang udah terjadi. Tulusan mana coba sama aku yang nunggu kamu tujuh tahun lebih, setia suka sama kamu, gak lirik yang lain demi ketemu lagi sama kamu. Salah sendiri bikin aku jatuh sedalam itu sama kamu, jadinya aku gak bisa bales Raya ataupun cewek lain, kan jadi kasian mereka."
Gadis itu tersenyum. Hatinya terasa hangat, memang selalu hangat rasanya saat bersama Haidar.
"Makasih, Idar, udah mau sama cewek aneh kayak aku. Hal bodoh yang pernah aku lakuin lebih bodoh dari kamu sih, tunggu aku cerita nanti.""Dari yang aku alami, aku belajar banyak terutama perihal rumah dan keluarga. Pada dasarnya gak ada manusia yang lebih peduli sama kita selain keluarga kita sendiri, sebaik apapun orang lain diluar sana memperlakukan kita, tetap keluarga yang paling baik dalam merangkul kita. Senyaman-nyamannya rumah lain, rumah kita tetap yang ternyaman. Pasti banyak yang pernah berandai ingin bertukar keluarga dengan orang lain karena keluarga kita gak bersikap seperti yang kita harapkan, setiap keluarga sudah dalam versi terbaiknya masing-masing. "
ENDING
Hai makasii yaa buat yang udah baca cerita ini
Ini cerita pertama aku, yang aku mulai buat pas aku kelas 9 SMP
Baru selesai sekarang hahaa
Maaf banget alurnya ga jelas dan aneh tapi semoga kalian bisa dapet pesan yang aku tersirat dalam cerita ini
Sekali lagi makasii tungguin karyaku selanjutnya yaaa
Sekali lagi