Banyak yang kebingungan sama hubungan Rui dan keluarga Advaya ya. Udah dijelasin di beberapa Additional Part Simplify Our Heartbreak. HeheOh iya. Akhir-akhir ini jadwal nulis lagi berntakan. Semoga mulai minggu ini terjadwal lagi dengan baik. Mungkin enak kali kalau update Sungkara Rabu & Sabtu. Terus diselipin part Karyakarsa di hari lain *tetep minta ditampar*
Cerita Sheya-Jiwa (Sassy Bossy) kayaknya bakal up seminggu sekali. Untuk jadwal harinya menyusul hehe.
Extra part Arjune masih bakal upload. Tenang. XD
Nah udah. Sekarang bakarin aja boleh lapaknya biar updatenya lancar jayaaa 🔥🔥🔥🔥🔥
***
Setelah nanti beranjak dari tempat itu, mungkin Rui harus meminum obat pereda nyeri. Kepalanya agak sakit, tapi tentu dentuman kencang musik di dalam club bernama The Groove itu tidak mampu dia hindari walau menutup kedua telinganya rapat-rapat dengan telapak tangan.
Lagi pula, dia sendiri yang memutuskan untuk diam di sana lebih lama. Di antara riuh, dia melakukan open table di salah satu kursi sempit yang jarak jangkau ke keramaian, terutama dance floor, lumayan agak jauh. Terhalang lima meja, Rui masih bisa melihat dengan jelas—dalam jarak aman—bagaimana Sungkara berinteraksi dengan teman wanitanya.
Posisinya cukup tersembunyi. Mengikat rambut dengan cepolan asal. Dia tidak ingin mengundang terlalu banyak perhatian dengan sweater hitam dan rok flare yang dikenakannya seperti saat berdiri di depan meja bar untuk memesan segelas fruit punch seperti tadi. Orang-orang menatapnya heran, aneh, karena penampilannya tampak terlalu sederhana jika memang berniat datang ke The Groove.
Dia seperti seorang wanita yang tersasar di antara hutan keramaian.
Kembali pada kepentingannya pada pria itu, yang kemudian dia rasa ... sudah sangat keliru. Dia tidak tahu pilihannya terlalu benar atau terlalu salah. Pria yang saat ini tengah tertawa setelah menengak habis minuman di gelas berisi es batu itu, tampak tidak mudah. Terlalu sulit ditaklukan jika dijadikan lawan, tapi terlalu berbahaya jika dirangkul menjadi teman.
Beberapa kali Rui mengarahkan ponselnya dengan santai ke arah pria itu, membidiknya, menangkap beberapa gambar yang kini tersimpan dalam galeri ponsel. Dia tidak tahu apa guna dan tujuannya melakukan hal itu, dia hanya sedang mengamati.
Suasana bising yang memekakan telinga tidak pernah berhasil membuatnya berpikir, dia akan melakukannya setelah meninggalkan tempat itu nanti, di apartemennya, di dalam kamarnya yang sunyi. Biasanya ide brilian akan datang ketika suasana hanya terisi oleh detak jarum jam yang menempel di dinding dan embus napasnya sendiri.
KAMU SEDANG MEMBACA
How to get a divorce?
Romance[TSDP #5] Ini hanya tentang daftar keuntungan di atas selembar kertas bertandatangan. Akan ada akhir. Tidak akan menjadi apa-apa. Semua selesai setelahnya. Yakin sekali. Mereka pikir, takdir tidak akan ikut campur pada sebuah kesepakatan. 11/02/2...