Mau bilang apa sebelum bacaaa?Tarik napas dulu ....
Oke. Udah?
Selamat membacaaa ❤️
Kasih api dulu dong 🔥❤️🔥
***
"Aku akan segera pulang setelah semua urusanku selesai," ujar Sungkara pada seorang wanita yang suaranya dia dengar dari balik speaker telepon, wanita yang katanya sudah tiba di rumah lebih dulu dan menunggunya pulang.
Entah untuk ke berapa kali Sungkara membatalkan janji untuk pulang lebih cepat dan membuat Rui menunggu. Kembali lagi dia ke tempat itu, tempat yang dipenuhi oleh berbagai raut orang-orang lelah dan sedih serta penuh duka.
Dan saat ini, Sungkara menjadi salah satunya.
Pria bertampang lelah dan berpakaian kusut yang dipakainya seharian di kantor itu harus kembali ke tempat di mana seorang wanita sedang diberi penanganan darurat karena keadaannya kembali memburuk.
Sungkara berdiri di depan sebuah pintu ICU. Wanita itu tidak lagi dibiarkan dirawat di ruang rawat inap biasa. Kanker yang dideritanya membawa keadaannya semakin buruk dan menyebabkan kondisinya kali ini sampai tidak sadarkan diri.
Jam kunjung pasien jelas sangat terbatas ketika ruangan sudah dipindahkan. Sungkara menjadi orang pertama yang menjenguk dan masuk ke ruangan itu tadi. Ruangannya dingin, mengerikan, suara monitor terdengar monoton—memberi tahu kinerja organ tubuhnya masih berjalan baik. Di dalam sana, Sungkara melihat tubuh wanita kurus itu dipenuhi selang dan kabel. Terlihat semakin ringkih dan rapuh.
Di sana, dia tidak sendirian. Ada seorang pemuda yang baru saja keluar dari ruangan. Usianya terpaut tujuh tahun di bawah Sungkara, wajah keduanya mirip, tentu saja, karena mereka dilahirkan dari rahim yang sama. Garis wajah keduanya mirip dengan ibunya—wanita yang kini tertidur di dalam ruangan ICU itu.
Satria namanya, dia menjadi pengunjung kedua setelah Sungkara. Tangannya mengusap sudut mata, sisa air matanya memberi jejak di sana. Tatap keduanya bertemu sesaat sebelum pemuda itu mengambil tempat duduk di sebuah bangku di depan ruangan.
Dia terdiam. Wajahnya menunduk dalam. Entah menangis atau hanya merenung, Sungkara tidak memperhatikan, karena dia masih berdiri di depan pintu yang penjagaannya diawasi begitu ketat itu. Melihat kotak kaca di pintu yang buram. Dia tidak bisa melihat apa-apa tentang keadaan di dalam, tapi dia masih bertahan untuk berdiri di sana.
"Ibu banyak membicarakan tentang Abang setelah pulang dari rumah sakit." Satria bicara dengan suara sesak, tapi berusaha menghilangkannya dengan jeda lama untuk mengambil napas panjang. "Ibu cerita tentang makanan kesukaan Abang, mi goreng bikinan Ibu. Ibu bilang ... dulu Ibu sering diam-diam mengirimkan kotak bekal ke sekolah Abang—tanpa Abang tahu."
KAMU SEDANG MEMBACA
How to get a divorce?
Romance[TSDP #5] Ini hanya tentang daftar keuntungan di atas selembar kertas bertandatangan. Akan ada akhir. Tidak akan menjadi apa-apa. Semua selesai setelahnya. Yakin sekali. Mereka pikir, takdir tidak akan ikut campur pada sebuah kesepakatan. 11/02/2...