[TSDP #5]
Ini hanya tentang daftar keuntungan di atas selembar kertas bertandatangan. Akan ada akhir. Tidak akan menjadi apa-apa. Semua selesai setelahnya.
Yakin sekali.
Mereka pikir, takdir tidak akan ikut campur pada sebuah kesepakatan.
11/02/2...
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
Kayaknya kita harus udah mulai saling berpegangan tangan deh. Yang kuat yaaa.
Kasih satu lagu yang lagi ada di playlist atau yang lagi sering didengerin?
Kasih api dulu yang banyaaak boleee yaaa 🔥🔥🔥🔥🔥
***
Janitra Sungkara June.
Arjune Advaya Dh lh. Mls gw.
Sungkara baru saja tiba di kantor setelah kembali dari makan siang bersama para staf di divisinya. Untuk beberapa saat ke depan, mungkin dia akan begitu sibuk dengan proyek pembangunan laboratorium baru. Dia memiliki banyak staf di QC, juga beberapa laboran, dan mereka akan ikut terjun sesekali untuk proyek ini. Dan sekarang, langkahnya tertinggal dari orang-orang karena sempat mengobrol dengan beberapa manajer di lobi. Setelahnya, kembali dia berjalan, membaca lagi pesan dari Arjune dan terkekeh sendiri.
Sungkara berniat minta maaf, tapi kalimat Arjune seolah-olah menyatakan bahwa untuk saat ini pria itu enggan membahas apa yang terjadi semalam. Siapa sangka bahwa Sungkara dan Rui akan menghabiskan malam mereka di ruangan itu? Siapa sangka hadiah pemberian Tante Pipi akan menggugah ide yang bahkan tidak Sungkara pikirkan sama sekali sebelumnya?
Suasana yang menegangkan. Namun, menyenangkan.
Dan hal itu yang membuat Sungkara bisa mengulum senyum berkali-kali, sepanjang hari.
Sepertinya untuk sekarang dia harus berterima kasih, kepada Tante Pipi?
Saat ini Sungkara tengah menunggu pintu elevator terbuka seraya mengotak-atik ponselnya, melihat kontak Rui, menimbang-bimbang untuk menelepon atau mengirim pesan saja. Dia belum memutuskan hal itu, tapi pintu elevator sudah terbuka, gerak orang-orang yang keluar membuat Sungkara melangkah mundur.
Menunggu ruang di dalamnya surut, tapi langkahnya batal memasuki ruang sempit itu ketika melihat Ninky menjadi yang terakhir keluar. Wanita itu tersenyum pada Sungkara, dengan kesan yang berbeda.
Harus Sungkara akui bahwa dulu dia pernah mengagumi senyum itu, wajah itu, jadi dia tahu betul ketika wanita itu benar-benar tulus tersenyum atau ... hanya formalitas agar dia tidak terlihat menyedihkan.
Lama mereka tidak saling sapa. Hanya sesekali berpapasan atau melihat dari kejauhan. Jadi, mungkin kali ini tidak apa-apa Sungkara menahan langkahnya agar mereka bisa bicara sebentar. Beberapa hari terakhir, Sungkara mendengar kabar tentang Ninky dari rekannya.
Jadi, kali ini Sungkara bertanya langsung. "Katanya kamu mau resign?" Untuk mengejar karier yang lebih baik atau mendapatkan posisi yang lebih layak, Sungkara akan ikut berbahagia.
