Haiii.Ada yang mau disampaikan nggak sebelum baca?
Dikasih api dulu boleh nggak lapaknya? Yang banyaaak 🔥🔥🔥🔥
***
Yang Sungkara ingat, terakhir kali dia sedang bersama Kalil, duduk berdua di dalam sebuah club malam untuk menghidupkan malam-malam keduanya yang hampir mati. Akhir-akhir ini mereka sering bertemu, entah untuk sekadar duduk diam di sebuah kedai kopi atau berbicara alakadarnya satu sama lain lalu menikmati hening yang lama setelahnya. Semua hanya tentang kehilangan, yang baru saja merungkup keduanya dengan waktu yang hampir bersamaan.
Duka, luka, dan sakitnya, tidak akan pernah mampu dimengerti selain oleh orang yang mendapati kemalangan yang sama. Dan itu yang membuat keduanya sering menemukan waktu bersama akhir-akhir ini.
Namun semalam, diam dan bicara tidak membuat keduanya puas. Ada ingar bingar dan bising yang ikut campur. Keduanya juga terlalu banyak bicara, tertawa, dan mendengar dentum kencang musik yang sama, tapi jelas semua itu hanya untuk mengenyahkan rasa kehilangan dan mengisi kosong yang akhir-akhir ini begitu mengganggu.
Sungkara ingat semalam Kalil beberapa kali meminta botol baru, menuangkan lagi ke gelas setelah habis, terus begitu sampai keduanya sama-sama lupa tentang bagaimana seharusnya mereka bertanggung jawab atas tubuh mereka sendiri. Kesadaran terenggut penuh, terlelap setelahnya seolah-olah malam terlalu panjang untuk tetap terjaga.
Entah siapa yang menjemput Kalil, entah siapa yang membawa Sungkara pulang, tapi yang jelas pagi ini dia mendapati tubuhnya aman berada di atas tempat tidur dengan langit-langit yang dikenalnya, dan juga aroma selimut yang terasa familier. Sungkara sudah selamat, berada di apartemennya walau tidak ingat siapa yang menyelamatkannya tadi malam.
Ada lenguhan pelan dari bibirnya sebagai bentuk keluhan atas nyeri yang menyerang kepala. Selama beberapa saat dia terdiam, sebelum akhirnya berani membuka kelopak mata yang terasa berat, ini percobaan kedua. Mengerjap, dunianya terasa sedikit berputar selama beberapa saat dan dia tidak suka dengan efek itu sehingga memejamkan lagi matanya.
Hangover memang tidak pernah meninggalkan efek yang menyenangkan, dia tahu betul, berkali-kali dia ingat rasanya, tapi dia melakukannya lagi seolah-olah itu bukan masalah besar.
Diam, dia menikmati waktu tidur di hari yang masih sangat pagi itu. Mungkin tidak apa-apa terbangun lebih siang dari biasanya, karena dia tidak memiliki janji dengan siapa-siapa. Namun, sebuah kecupan yang mendarat di pipinya membuat Sungkara mengerjap dan membuka mata dalam seper sekian detik berikutnya.
"Pagi, Sayang ...." Suara itu membuat Sungkara sempat terperanjat. Berjengit menjauh.
Wajah Sungkara menoleh cepat, pada sosok yang kini berjalan menjauh dari sisi ranjang setelah meletakkan secangkir teh yang masih mengepulkan uap hangat di kabinet dekat ranjang. Wanita itu bergerak menjauh, menuju gorden yang melapisi dinding kaca di salah satu sisi kamar.
KAMU SEDANG MEMBACA
How to get a divorce?
Romantizm[TSDP #5] Ini hanya tentang daftar keuntungan di atas selembar kertas bertandatangan. Akan ada akhir. Tidak akan menjadi apa-apa. Semua selesai setelahnya. Yakin sekali. Mereka pikir, takdir tidak akan ikut campur pada sebuah kesepakatan. 11/02/2...