mashiho yang baru saja menyelesaikan studinya di luar negeri harus menerima kenyataan pahit ketika kembali ke kota asalnya. hingga ia terpaksa menyamar demi bekerja pada seorang bos tampan yang aneh.
ㅡ bxb, lowercase, semibaku
ㅡ dom!yoshi sub!mashi
...
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
"kamu pernah bilang mau lanjut kuliah s2 di amerika, 'kan?" seorang wanita yang telah menginjak usia empat puluh tahunan itu bertanya pada putra semata wayangnya.
yang ditanya pun mengangguk dengan semangat, sebab hal itu memang sudah menjadi keinginannya sejak tahun pertama ia duduk di bangku sekolah menengah atas.
"nih, mama udah siapin semuanya. kamu tinggal pilih mau masuk ke kampus yang mana," ujar sang ibu sambil menyodorkan beberapa brosur universitas ternama di amerika.
"beneran, mah?!" tanya si pemuda mungil dengan wajah berseri.
mamanya mengangguk diiringi senyum hangat yang terukir di bibirnya.
"yey! makasih banyak, mah! mama emang yang terbaik!" pekik pemuda itu senang sembari menghambur ke pelukan sang ibu.
ㅡ
"jaga dirimu baik-baik, ya, mashi."
"iya, mah."
hari ini adalah hari keberangkatan yang telah ditentukan dan pemuda dengan nama lengkap takata mashiho itu sudah berada di bandara sekarang, ditemani oleh sang ibu yang mengantar kepergiannya.
"jangan lupa makan."
"siap, nyonya!" canda mashiho, tangannya memberi gestur hormat pada wanita yang paling disayanginya itu.
"jangan maksain ngerjain tugas sampai begadang, ya. kalo capek, langsung istirahat."
"iyaa, mah."
"oh iya, jangan suka keluyuran malem-malem, ya!"
mahiho terkekeh melihat sifat mamanya yang terbilang cerewet itu. "iya, tenang aja, mah! masa mama nggak percaya sama mashi?"
mamanya pun tersenyum lalu mengusap surai hitam milik sang anak. "percaya kok, sayang."
setelahnya, mereka pun berpelukan untuk yang terakhir kali sebelum akhirnya si pemuda mungil berjalan pergi sambil tetap melambaikan tangannya.
sementara itu, sang ibu hanya bisa menatap sosok putra kesayangannya yang semakin menjauh darinya dengan pandangan sendu.
"belajarlah yang baik di sana, ya, nak. biar mama yang menghadapi semua masalah ini sendiri."