fourteenth scent ㅡ nag champa

669 108 28
                                    

"m-menginap, pak?" ulang mashiho terbata

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"m-menginap, pak?" ulang mashiho terbata. raut wajah pemuda mungil itu terlihat gusar.

"ya, iya. masa kita mau balik lagi ke sini besok?" yoshi bertanya balik dengan nada kurang bersahabat.

"t-tapi saya nggak bawa baju ganti, pak." mashiho berusaha mencari alasan.

"saya juga tidak bawa. soal itu gampang, bisa dibeli besok."

"uhm ... tapi saya sudah bilang ke teman saya kalo saya bakal pulang hari ini. mungkin dia nungguin saya di ruㅡ"

"tinggal ditelepon sekarang, bisa 'kan?"

mashiho merutuk dalam hati. rasa-rasanya perkataan yoshi barusan memang sudah mutlak dan tidak bisa diganggu gugat lagi.

mau tidak mau, pemuda takata itu harus menyetujui keputusan sang atasan untuk menginap malam ini.

dengan lesu, mashiho mengekori langkah yoshi menuju hotel bintang lima terdekat.

tenang mashiho. di mata yoshi, lo itu cewek. jadi dia pasti bakal pesen dua kamar yang berbeda. mashiho memberi sugesti dalam hati.

"selamat datang, tuan. ada yang bisa saya bantu?" tanya seorang perempuan yang berjaga di resepsionis hotel dengan ramah.

"saya pesan dua single suite room," kata yoshi.

tuh, kan! kalo begini, seharusnya nggak bakal ada masalah.

kini mashiho dapat bernapas lega karena tidak harus menginap di ruangan yang sama dengan pemuda itu. dengan begitu, penyamarannya tidak akan terbongkar.

"maaf, tuan. semua suite room sudah di-booking. hanya tersisa satu kamar deluxe ranjang double."

mampus.

sepertinya kelegaan itu hanya dapat mashiho rasakan beberapa detik saja.




































"oh, karina! kamu udah datang? sini masuk, nak!"

karina tersenyum lalu membungkukkan badannya sopan pada calon ibu mertuanya.

"malam, tante. ini, aku bawain buah buat tante," ucapnya ramah sambil menyerahkan satu keranjang penuh berisi buah-buahan.

"aduh, makasih banyak ya, sayang! ayo duduk."

nyonya kanemoto mengajak karina duduk di sofa ruang tamunya lalu mulai membuka percakapan serius.

"sebenernya tante manggil kamu ke sini karena mau bicarain soal pertunanganmu sama yoshi."

karina hanya diam menunggu kelanjutan kalimat dari wanita di hadapannya ini.

"kamu keberatan nggak kalo pertunangannya dipercepat jadi bulan depan?"

karina tertegun.

tidak. bukannya ia tidak suka. malah sebaliknya.

"ah, sepertinya terlalu terburu-buru yaㅡ"

"sama sekali nggak keberatan kok, tante!" potong karina cepat.

nyonya kanemoto tersenyum puas mendengar jawaban calon menantunya.

namun, sesaat kemudian senyum di wajah wanita paruh baya itu memudar. "tapi, yoshi pasti menolak ...."

"tenang aja, tante! aku yang akan membujuknya nanti," ujar karina dengan mantap, meski dalam hati tak seyakin itu.

nyonya kanemoto kembali tersenyum. "sudah tante duga. tante nggak salah milih kamu jadi menantu."

karina pun tersenyum atas pujian yang dilontarkan nyonya kanemoto seiring dengan otaknya yang sibuk menyusun rencana; bagaimana cara ia membujuk pemuda dingin itu agar mau bertunangan dengan dirinya.






































ceklek!

yoshi membuka pintu kamar hotel menggunakan kartu yang telah diberikan oleh penjaga resepsionis tadi.

"kenapa berdiri saja di luar? masuklah." tanya yoshi, memecah keheningan.

"i-iya, pak," jawab mashiho gugup. keringat dingin sudah bercucuran di kedua pelipisnya.

demi tuhan! mashiho sama sekali tidak pernah membayangkan dirinya akan berakhir masuk ke ruangan hotel bersama seorang pemuda yang berstatus sebagai atasannya, terlebih dengan penyamaran seperti ini.

"kenapa? takut saya berbuat macam-macam?" tukas yoshi karena melihat langkah mashiho yang masih berat untuk melangkah ke dalam kamar hotel mereka.

"ㅡtenang saja, saya bukan orang seperti itu," lanjutnya.

"e-eh, bukan begitu, pak." mashiho menyanggah cepat, tidak mau membuat sang bos salah paham.

akhirnya, ia pun bergegas masuk sambil berusaha menepis rasa canggungnya.

"saya mandi duluan, ya." yoshi melepas jas luar dan kancing teratas kemejanya.

"iya, pak."

usai si pemuda kanemoto masuk ke kamar mandi, mashiho sontak mendudukkan dirinya di sofa dengan gusar.

drrtt

tangan pemuda mungil itu terulur mengambil ponsel di sakunya dan terpampanglah nama sang sahabat pada layar.

"halo."

"lo udah di mana sekarang?"

"ji, gue nggak jadi pulang hari ini ...."

"loh, kenapa?"

"urusan pak yoshi belom selesai."

"jadi, lo nginep bareng pak yoshi?"

"begitulah."

"di mana? di hotel? kalian satu kamar?"

mashiho menghela napasnya kasar mendengar pertanyaan bertubi-tubi dari jisung. terlebih, dari nada bicaranya, terdengar bahwa sahabatnya itu benar-benar mengharapkan kejadian seperti ini.

"gue pulang besok. udah dulu, ya. bye."

"eh, tungㅡ!"

pip

mashiho memutuskan sambungan teleponnya secara sepihak agar jisung tidak bertanya lebih lanjut.

sesaat setelah mashiho menaruh ponselnya, pintu kamar mandi terbuka menampilkan sosok yoshi dengan balutan bathrobe pada tubuh atletisnya dan rambutnya yang basah, membuat tingkat ketampanan pemuda itu bertambah dua kali lipat.

spontan, mashiho pun memalingkan pandangan ketika dirasa panas mulai menjalar di kedua pipinya.

"yuko," panggil yoshi.

"i-iya, pak?" mashiho menjawab dengan kedua mata yang masih enggan menatap wajah bosnya itu.

"giliranmu."

"ah, iya."

mashiho berjalan menuju kamar mandi sembari menundukkan kepalanya, membuat yoshi memandangnya dengan tatapan heran.

"kenapa dia?"

[]

perfume; yoshiho [✓]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang