Oh, Tidak

585 88 7
                                    

"Sensei!"

​Kakashi terbelalak. Tubuhnya berbalik secepat kilat, kembali menatap apartemen Sakura. Gadis itu melambai dari balkon. Untuk beberapa saat ia tidak percaya dengan apa yang dilihatnya.

​"Tunggu aku disana!" Sakura kembali berseru. Gadis itu berlari-lari menuruni anak tangga, seperti anak kecil.

​"Sakura—"

Sakura masih mengenakan blus putih dan celana jeans seperti saat di restoran daging tadi. Wajahnya bersemu merah. Mata emeraldnya berkilauan menatap Kakashi. Bibirnya perlahan melengkungkan sebuah senyuman, manis sekali.

"Biar kutebak, kau baru saja kembali dari misi ya, Kakashi-sensei?"

"Ah, ya, begitulah." Kakashi mengalihkan pandangan dari Sakura. Canggung rasanya menatap gadis itu terlalu lama. "Kau sendiri, kenapa masih diluar?"

Kakashi terpaksa kembali menoleh pada Sakura, karena gadis itu tidak menjawab pertanyaannya. Ia tertegun. Gadis bersurai merah muda mendongak, menatap bulan.

"Cantik sekali—" Sakura bergumam takjub.

Kakashi tak bisa melepaskan pandangan dari Sakura. Mata emerald gadis itu kembali berkilauan, bahkan lebih terang dan indah dari rembulan yang ada di atas sana.

Kakashi mengerjapkan mata. Memastikan penglihatannya baik-baik saja.

"Ya, memang cantik sekali—" Bibirnya bergumam pelan sekali. Namun Sakura dapat mendengar kalimat itu. Dia menatap Kakashi, kemudian tersenyum.

"Iya, kan? Cantik sekali!"

Kakashi tersenyum samar dari balik maskernya.

Bukan bulan, Sakura. Kau.

"Sensei—"

"Hmmm?"

Tangan Sakura menangkup wajah Kakashi,begitu cepat sampai pria itu bahkan tidak bisa mengelak.

DEG. Jantungnya berdegup kencang.

Mata emerald Sakura mengunci matanya. Perlahan jari gadi itu menyentuh plester luka di pipi Kakashi. Dia menggumamkan sesuatu, tapi saat itu Kakashi tidak bisa mendengarkan apa-apa selain suara degup jantungnya.

Cahaya hijau perlahan keluar dari jemari Sakura. Setelah beberapa menit, dia melepaskan tangan dari wajah Kakashi, membuat pria itu kembali tersadar.

"Kau bisa membuka plester itu sekarang. Aku sudah menyembuhkannya!" Sakura menyeringai lebar, terlihat bangga sekali.

Kakashi menurut. Ia membuka plester dan mengelus pipinya. Benar, Sakura baru saja menghilangkan bekas goresan itu dari pipinya.

"Terimakasih Saku—"

Sakura menggelengkan kepala kuat-kuat. Menolak ucapan terimakasih gurunya. "Jangan mengucapkan terimakasih,Kakashi-sensei. Sudah sepantasnya aku melakukan hal ini, kau terluka karna aku."

Sial. Wajah gadis itu seketika berubah murung.

"Sakura—" Kakashi mencondongkan tubuhnya ke arah perempuan yang lebih pendek darinya itu. Seperti yang sering dilakukannya, ia meletakkan tangan di atas kepala Sakura, seraya tersenyum lembut. "Kau bisa melupakan kejadian itu. Sekarang bergembiralah, ini hari ulang tahunmu."

Mata Sakura membulat menatap Kakashi. "Kau mengingatnya, sensei?"

Kakashi mengangguk. "Ya, tentu sa—" Kalimatnya terpotong. Ia mendadak menyadari ada sesuatu yang aneh pada Sakura. Di dekatkannya wajah muridnya itu ke hadapannya, membuat Sakura kaget, dan wajahnya seketika memerah seperti tomat.

The Sun And MoonTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang