Malam sudah semakin larut. Kakashi dan Sakura baru saja memasuki desa, setelah kembali dari lapangan tempat latihan Naruto. Pria bersurai pirang memberikan amanat pada gurunya untuk mengantar gadis pujaannya kembali dengan selamat sampai ke rumah. Tentu tanpa diberi amanat pun, Kakashi tahu apa yang harus dilakukannya.
"Ah, apartemenku sudah di depan." Sakura menghentikan langkah, berbalik menghadap Kakashi. "Terimakasih sudah mengantarku pulang, sensei."
Kakashi mengangguk. "Masuklah."
Bukannya berjalan pergi, Sakura malah diam ditempatnya. Sepertinya gadis itu menunggu sesuatu.
Ah, benar. Tepukan kepala.
Kakashi tersenyum simpul dari balik masker dan mulai berjalan mendekat ke hadapan gadis itu. Ia mengeluarkan tangan kanan dari saku celana, membawanya naik ke puncak kepala Sakura. "Beristirahatlah, kau pasti lelah."
Meski belakangan sudah sering menerima perlakuan seperti ini, tapi Sakura masih saja terlihat malu-malu. Kedua pipinya mulai memerah, sementara ujung kakinya menari-nari di atas tanah. Hal itu benar-benar membuat Kakashi tak tahan untuk tidak tersenyum.
Setelah memberikan beberapa tepukan di kepala gadis itu, Kakashi kembali menarik tangannya. "Aku akan kembali sekarang." Saat berbalik dan hendak pergi, ia bisa merasakan sebuah tangan mungil menarik ujung belakang pakaiannya. Kakashi kembali berbalik.
"Sen—sensei, jika kau tak keberatan—"
Kakashi diam, menunggu kelanjutan kalimat gadis itu. Wajah Sakura terlihat benar-benar merah sekarang, ia bahkan bisa merasakan kegugupan di nada suaranya.
"Jika kau tak keberatan, mau kah kau singgah sebentar ke apartemenku?"
"Aa—apa?" Kakashi tercekat.
Sakura, apa yang kau pikirkan?
"Ah sepertinya ajakan ini bukan ide yang bagus, ya? Ahaha—" Sakura tertawa canggung. Dia mengedarkan pandangan ke lingkungan disekitar. "Ma—maafkan aku sensei, aku hanya—"
"Kupikir aku bisa minum segelas teh hangat sebelum kembali ke lapangan."
Ucapan Kakashi sontak membuat gadis itu mendongak ke arahnya. Bola mata emerald Sakura membulat, sampai ia bisa melihat dengan jelas warna matanya yang indah dan berkilau.
Entah apa yang dipikirkan pria bersurai silver itu saat menerima ajakan murid perempuannya di jam selarut ini. Tapi yang jelas gadis itu terlihat senang. Dan, didalam hati kecil Kakashi pun, ia tak bisa berbohong. Kunjungan ini benar-benar membuatnya berdebar.
Sebaiknya kau tak mengharapkan apapun, Kakashi.
Setelah masuk ke apartemen Sakura, gadis itu mempersilahkan Kakashi duduk di ruang tamu. Sebelum dia berjalan lebih jauh ke dapur, Sakura kembali berbalik untuk menatap gurunya yang baru saja terduduk di kursi. "Sensei—"
"Hnng?" Kakashi mendongak.
"Sebenarnya aku mengajakmu mampir karna ingin membuatkan makan malam. Kau tadi menyerahkan jatah makan malammu pada Naruto. Ah, aku tidak ada maksud lain selain itu, jadi jangan berpikir macam-macam." Jelasnya, dengan wajah merah merona.
Kakashi tak bisa menyembunyikan kegemasannya saat melihat wajah gadis itu. Ia mau tak mau terkekeh pelan, membuat Sakura semakin salah tingkah.
"Sensei, kenapa kau malah tertawa?!" pekiknya.
"Kau terlihat lucu saat mengatakan hal itu." Ungkap Kakashi jujur. Gadis di depannya memanyunkan bibir, terlihat berusaha menahan perasaan malu yang timbul karna ucapannya barusan.

KAMU SEDANG MEMBACA
The Sun And Moon
FanfictionSakura akhirnya bisa berkumpul kembali dengan anggota Tim 7, meski tim itu kini tidak lagi utuh. Setelah tiga tahun yang panjang terlewati, akhirnya ia dapat kembali melihat Naruto dan Kakashi-sensei. Mereka berdua tidak banyak berubah, tapi gadis...