Kesalahan

560 73 11
                                    

Kakashi menghela napas panjang. Jam di dinding kamar sudah menunjukkan pukul setengah 4 sore, setengah jam sebelum Sakura selesai dengan pekerjaannya di rumah sakit, jika tidak ada pasien darurat yang masuk.

​Entah apa yang dipikirkan Kakashi saat mengajak Sakura berkunjung ke rumahnya. Ia hanya membuat alasan, ingin memberikan gulungan informasi teknik pengobatan dari desa-desa yang di singgahinya saat menjalankan misi. Hanya itu yang dapat dipikirkan Kakashi, untuk menarik perhatian gadis itu, agar dapat menemuinya. Dan kini ia bingung, gulungan apa yang akan diberikannya pada gadis itu nanti.

Apa alasannya tidak terkesan seperti dibuat-buat, ya?

Pikiran itu terus mengganggu Kakashi, sejak Sakura meninggalkan ruangannya, di rumah sakit, pagi tadi. Sakura pasti berpikir alasan ini sedikit konyol, kan bisa saja Kakashi memberikan gulungan itu di lain waktu, tidak sampai harus menyuruh gadis itu menjemput sendiri kerumahnya. ​

Tapi beruntung gadis itu langsung mengiyakan tanpa banyak bertanya. Bayangan pipi merona di wajah putih Sakura mau tak mau membuat Kakashi kembali mendesah pelan.

​Apa yang dipikirkan gadis itu saat mengiyakan ajakannya?

​Kakashi tersentak kaget, saat pintu rumahnya di ketuk. Cakra Sakura terpancar dari balik pintu. Jujur saja, ia menjadi sedikit gugup. Bukan sedikit, tapi benar-benar gugup! Ini kali pertama ada seorang gadis yang berkunjung ke rumahnya, sendirian.

​"Oh, Sakura, kau sudah datang." Sakura berdiri di depan pintu, mengenakan setelan yang sama saat bertugas di rumah sakit tadi, kemeja pink tua dengan bawahan celana panjang putih, tanpa jas dokternya. Dia menenteng sebuah paper bag coklat di tangan kiri. "Masuklah—"

​Sakura terlihat sedikit ragu-ragu saat melangkah masuk. Mata emerald gadis itu memindai seisi ruangan tempat mereka berdiri, kemudian perlahan pandangan Sakura berhenti pada Kakashi. Mereka saling bertatapan, tanpa kata, untuk beberapa saat.

​"Ah, sensei, aku membawakanmu sesuatu." Sakura menyerahkan paper bag coklat, mengusir keheningan canggung diantara mereka. "Ini pil vitamin buatanku." Jelasnya. "Minum saat pagi dan malam, sebelum tidur. Harus dihabiskan!"

​Kakashi menerima paper bag dengan canggung. "Kau tidak perlu repot-repot segala." Ia mengelus tengkuk dengan malas. "Terimakasih."

​Sakura tersenyum simpul. Dia berjalan melewati Kakashi, melanjutkan melihat-lihat rumah, dengan kedua tangan di belakang.

​Kakashi mengamati dari belakang. Kuciran rambut merah muda bergerak-gerak, seiring dengan gerakan kepala Sakura yang menoleh ke kiri dan ke kanan. Tiga tahun lalu, rambut merah muda itu masih pendek, kira-kira hanya sebahu. Tapi kini sudah tumbuh panjang, dan selalu diikat. Ia tak pernah melihat Sakura melepas ikatan rambutnya. Dan itu menimbulkan pertanyaan besar dalam kepalanya.

Akan secantik apa jika rambut gadis itu terurai?

Pandangan Kakashi turun, mengamati kemeja yang melekat indah di tubuh gadis itu. Pink tua sangat cocok dikenakan Sakura, pikirnya.

​"Sensei—" Kakashi terkesiap. Ia menaikkan pandangan. Sakura sudah berbalik menghadapnya. "Kau tidak pernah memasak dan makan di rumah, ya?" Gadis itu menuding dapur Kakashi yang kosong melompong.

​"Ya, begitulah. Aku jarang berada di rumah dan selalu makan di luar." Kakashi berjalan pelan, meletakkan paper bag pemberian Sakura di lemari. "Setidaknya sekarang aku punya vitamin untuk di makan—" Ia terkekeh pelan.

​Sakura menghela napas. Dia kembali berjalan ke ruang depan, mengambil ancang-ancang untuk duduk di sofa coklat tua, tapi kemudian berhenti. Dia mencolek pinggiran sofa, dan melayangkan tatapan tajam pada Kakashi.

The Sun And MoonTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang