Sasuke menghembuskan napasnya lega begitu ia sampai di rumah, pekerjaan hari ini benar-benar melelahkan. Kafe tempatnya bekerja benar-benar ramai sekali sejak sore tadi sampai ia harus pulang selarut ini, beruntung Uta mau mengantarnya pulang lantaran hari ini Sasuke memang tidak membawa motornya. Sudah pukul sepuluh malam, ada perasaan gelisah ketika melewati detik-detik mencekam. Seminggu belakangan Sasuke selalu pulang terlambat, hal itu tentu saja membuat Ayah dan Ibunya bertanya-tanya. Namun tiap kali muncul pertanyaan demikian, ia selalu beralasan keluar untuk mengerjakan tugas kelompok. Sasuke yakin sekali Fugaku tidak serta merta percaya, Ayahnya itu jelas curiga tetapi ia memilih tetap diam untuk menjaga perasaan Mikoto.
"Dari mana, Sasuke?" Dan lagi-lagi ketakutan itu muncul menghadang dirinya. "Kau akhir-akhir ini selalu saja pulang terlambat."
"Aku ada tugas kelompok dengan temanku, Ayah."
"Tugas apa?"
"Biologi." Sudah berulangkali alasannya selalu berbeda, Sasuke banyak-banyak berdoa semoga Fugaku percaya. "Aku ini kan akan naik kelas tiga, tentu saja banyak sekali tugas."
"Ya, tapi kau tetap harus memforsir dirimu." Sebenarnya ini sedikit sulit untuknya. "Lakukan yang menurutmu mampu kau lakukan."
"Iya." Sasuke dan Itachi itu tipe anak yang penurut, apa pun yang Fugaku katakan maka mereka akan melakukannya. "Ibu dan Itachi-nii mana?"
"Ibumu sedang bersih-bersih di dapur dan Nii-sanmu membantunya."
"Di jam segini bersih-bersih?"
"Ya, besok Ibumu mengadakan reuni dengan teman-temannya di rumah kita." Ya ampun, sepertinya minggu besok akan sangat merepotkan. Sasuke dan kakaknya akan dijejali pertanyaan-pertanyaan memuakkan dari Ibu-Ibu menyebalkan itu. "Kau cepat ganti baju sana kemudian makanlah."
"Baiklah." Menjawab dengan nada pelan, Sasuke akhirnya menuruti perintah Fugaku.
Ia segera masuk ke kamar untuk berganti baju. Perutnya terasa keroncongan sekali karena tidak diisi sejak siang tadi, semoga saja masih ada makanan di dapur mengingat kakaknya Itachi rakus sekali. Dia itu perut karet, makan sebanyak apa pun tubuhnya tidak akan mengalami perubahan. Selang beberapa menit, Sasuke keluar kamar dengan mengenakan kaos berwarna ungu dan celana pendek. Ia melangkah santai menuju dapur di mana Mikoto dan Itachi tengah berada di sana. Sedikit mengeryit, muncul guratan-guratan di dahi Sasuke ketika mendengar bunyi bising disertai obrolan Ibunya dengan Itachi. Mikoto seperti menyuruh anak laki-laki tertuanya itu untuk segera mencari pendamping hidup, tetapi dijawabnya dengan ucapan ambigu.
"Tidak masalah jika kau belum mau menikah, yang terpenting kau harus mencari perempuan yang cocok untukmu terlebih dahulu." Sasuke seketika merasa perutnya diaduk mendengar ucapan Mikoto. Itachi itu tipe laki-laki kaku dan malas berdekatan dengan perempuan, bahkan di otaknya hanya terisi pelajaran dan games saja. "Kau sudah tua Itachi-kun, kuliahmu sebentar lagi selesai lalu kau akan segera menikah."
"Umurku masih dua puluh dua dan aku akan mengambil S2, Ibu." Mempertajam penglihatannya, Sasuke mengamati Itachi yang tengah membersihkan piring-piring basah yang telah dicuci Mikoto. "Jika perlu aku akan menerima rekomendasi Ayah untuk sekolah militer saja."
"Ayah dan anak sama saja!" Tidak mau mengalah, Ibunya akan selalu menang dalam perdebatan mereka.
"Bu, aku ini laki-laki. Menikah di usia tiga puluh tahunan tidak akan menjadi masalah."
"Tapi Ibumu ini ingin segera memiliki cucu." Seperti ada sesuatu yang mencubit dirinya, dada Sasuke berdentum keras. Mikoto sudah mendapatkan yang dia mau, tetapi melalui Sasuke bukan dari Itachi. Hanya perlu menghitung bulan saja anaknya akan segera lahir ke dunia. Sungguh, semua ini tiba-tiba saja membuat Sasuke gelisah.
KAMU SEDANG MEMBACA
Crazy Love (Sasusaku Version)
FanfictionHaruno Sakura telah melakukan kesalahan besar dengan kekasihnya Uchiha Sasuke. Tanpa memikirkan akibat, mereka melakukan seks di usia dini hingga menyebabkan kehadiran seorang bayi. Satu sama lain diam memendam, tidak dapat dipungkiri pandangan oran...