Chapter 21

418 43 0
                                    

Itachi mengamati kondisi adiknya yang terlihat sangat berantakan karena semalaman tidak tidur sama sekali. Sakura terus menerus merasakan sakit yang tidak terkira pada perutnya, dan sialnya dia tetap bersikukuh untuk melahirkan secara normal. "Makanlah sesuatu, tenagamu akan terkuras habis jika kau tidak mengisi perutmu dengan apa pun."

Benar, Mikoto dan Sasori menyetujui ucapan Itachi. Sejak semalam banyak yang ikut menunggu, tetapi subuh tadi Fugaku harus pulang duluan lantaran harus bertugas sedangkan Sasori baru datang sejak pagi tadi. Permasalahannya, Sasuke tidak bisa tenang sama sekali. Ia bahkan sempat menangis karena terlalu khawatir. Hanya ada derap langkah, kebingungan yang ada masihlah enggan untuk pergi. Sasori mengikuti arah pandang Itachi, tetapi sedetik kemudian ia kembali fokus berbicara pada si penelepon di seberang sana. Ibunya terus menerus menghubunginya hanya untuk menanyakan kabar tentang Sakura, ini sedikit merepotkan namun Sasori sangat maklum karena Mebuki masih enggan bertemu keluarga Sasuke.

"Sudah sejak semalam begini, Sakura tidak kunjung melahirkan. Kenapa dia keras kepala sekali ingin melahirkan secara normal?"

Dasar laki-laki.

Mikoto hanya dapat mengerutkan dahi, usahanya untuk menenangkan Sasuke benar-benar percuma. Ia sendiri yang memaksa anaknya itu untuk menunggu di luar. Jika Sasuke berada di dalam sana menunggu Sakura, maka bukan tidak mungkin dia pingsan seketika. "Sasuke-kun, perempuan mana pun pasti ingin melahirkan secara normal. Tidak terkecuali istrimu, apalagi ini merupakan kelahiran anak pertama kalian."

"Aku ingin masuk ke dalam saja!"

Ya ampun, tidak sabaran. Sasuke sudah akan masuk ke dalam ruang bersalin, tetapi suara tangis bayi yang begitu keras membuatnya terpaku seketika sama seperti yang lain. Sasori yang pertama kali bereaksi, laki-laki itu masih berbicara pada Mebuki di seberang sana. "Bu, sebentar. Aku akan menghubungimu lagi nanti."

Sasuke menyudahi sikapnya yang benar-benar tidak aturan, semalaman ia tidak tenang, rasanya ingin buang air besar, perutnya mulas, kepalanya mendadak vertigo, perasaan cemas berlebihan itu membuatnya bingung harus berbuat apa. Ini yang pertama kali, dan lagi-lagi ia kembali harus menghadapi kenyataan akan kelahiran bayinya yang sangat ditunggu-tunggu. Tidak penting berjenis kelamin apa, yang terpenting adalah keadaan Sakura dan anaknya itu. Mikoto menghela napas jengah mendapati Sasuke mematung di depan pintu, tidak kunjung masuk ke dalam ruang bersalin.

"Kau menunggu apa lagi? Cepat masuklah."

"Apa tidak masalah Bu? Aku takut."

"Dasar bodoh, apa yang kau takutkan? Keponakanku sudah lahir, kau harus menemuinya." Kali ini suara Itachi menginterupsi. "Kau mau aku yang masuk duluan lalu anakmu akan mengira jika aku adalah Ayahnya?"

Apa-apaan barusan? Sasori mendengus kemudian mencoba membenarkan. "Bayi yang baru lahir tidak langsung bisa melihat, Itachi."

Dari pada harus mendengar perdebatan tidak penting, Sasuke memutuskan cepat-cepat masuk ke dalam. Di sana Sakura masih terbaring lemas, sedangkan bayi mereka masih dibersihkan oleh suster. Dr. Mei yang menangani persalin sempat berkata jika kondisi Sakura masih lemah karena tenaganya terkuras habis. Sasuke mematung sesaat, kemudian ia mendekati Sakura dan menciumi dahi perempuan itu. Matanya berat sekali karena terisi bulir-bulir air mata. "Bagaimana keadaanmu? Aku sangat khawatir."

"Aku baik."

"Kau mengatakan baik tapi keadaanmu begini?"

"Sasuke-kun, jangan berlebihan." Suaranya teredam, Sakura sangat terlihat rapuh sekali. Wajahnya pucat dan semakin membuat Sasuke khawatir. "Aku tidak masalah begini hanya demi anak kita."

Sampai di akhir batas, tangisnya tidak dapat terbendung lagi. "Kenapa kau berbohong padaku? Rasanya pasti sakit sekali kan? Maafkan aku."

Sasuke bukanlah laki-laki yang mudah menangis, hanya pada Sakura saja dia begini. "Hei, kau belum bertanya apa-apa mengenai anak kita? Apa kau tidak ingin tahu jenis kelaminnya?"

Crazy Love (Sasusaku Version)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang