Netra Karin tidak bisa berhenti memandangi seluruh penampilan sahabatnya hari ini, Sakura begitu cantik mengenakan gaun pengantin sederhana yang sedikit longgar di tubuhnya. Beberapa hari lalu ia rasanya mendadak terkena serangan jantung karena mendapati kabar jika Sakura dan Sasuke akan menikah. Tidak ada satupun teman mereka yang diundang, hanya Karin seorang.
"Jangan menatapnya terlalu berlebihan, lesbian."
"Sesukaku, Sakura kan temanku."
"Dan aku suaminya sekarang."
Melalui serangkaian proses sakral, hubungan keduanya kini benar-benar utuh. Pernikahan Sasuke dan Sakura telah berlangsung sejak beberapa jam lalu, tetapi suasana yang terasa benar-benar tidak ada bedanya. Begitu anaknya selesai mengikrarkan janji, Fugaku langsung masuk ke dalam kamar dan tidak berkata apa-apa. Jangankan bicara, bertatap wajah dengan Sasuke saja dia seperti tidak sudi. Sudah menemui titik kesalahannya, Sasuke sadar benar dia pantas mendapat perlakuan demikian. Tidak ada perayaan yang meriah, semua serba sederhana dan tertutup menyangkut pernikahan mereka. Pandangan orang lain akan sanggup membuat semua hati berguncang, tidak terkecuali dirinya.
"Omong-omong, dia sekarang sudah sebesar ini." Merasakan jemari Karin menyentuh perutnya, Sakura sedikit meringis geli. "Aku tidak sabar ingin melihatnya."
"Tiga bulan lagi, Karin."
"Cepat sekali ya? Tidak terasa."
"Itu karena hanya Sakura yang mengandungnya, tentu saja kau tidak terasa. Dasar bodoh!" Sasuke itu semakin lama semakin cerewet saja.
"Diamlah kau buronan polisi, wajahmu membuatku muak." Disertai tawa, Sakura memperhatikan dengan seksama wajah Sasuke yang masih dipenuhi lebam-lebam kebiruan akibat pukulan. Dahinya pun tetap terbalut perban karena luka nya belum benar-benar mengering. "Sakura."
"Ya, Karin?"
Bukan sebuah jawaban yang dia terima, Karin seketika memeluk tubuh berisi Sakura dan mengutarakan isi hatinya dengan gemetar. "Kau harus janji padaku, kau harus bahagia bagaimana pun caranya. Jangan pedulikan ucapan orang lain, dia ada bukan karena kesalahan."
Si kecil tidaklah bersalah, merekalah yang bersalah.
Sakura tidak dapat menahan, air matanya yang sedari tadi tertahan kini meluncur bebes membasahi pipi. Bagaimana tidak? Sepanjang sesi acara, Ibunya bersikap acuh dan angkuh sekali. Jauh di dalam lubuk, Sakura ingin sekali memeluk Mebuki seperti yang dilakukan Karin. Sakura ingin menumpahkan tangis dan keluh kesahnya pada Mebuki, tapi tidak bisa. Perempuan itu seperti memendam sesuatu yang tidak terlampiaskan, dan Sakura sangat mengerti alasannya. Semua karena dirinya, Mebuki tidak menganggapnya sebagai anak lagi bahkan mengutuk Sakura. Lalu apa salah jika dirinya masih berharap? Apa salah dirinya menginginkan kata maaf dari Mebuki? Rasanya sakit sekali. Semakin terisak, Sakura memeluk erat tubuh Karin di hadapan Sasuke.
"Jangan menangis." Pelan-pelan dielusnya punggung rapuh Sakura. Sasuke sendiri merasa tidak berguna menjadi laki-laki hingga mengakibatkan Sakura menerima perih. Lalu untuk pertama kali, seorang Karin menangis di depan keduanya. "Riasanmu akan luntur nanti."
"Kau melarangku untuk menangis, tapi kenapa kau sendiri malah menangis?"
"Aku tidak menangis, Sakura." Mereka terisak bersama, tetapi Karin dengan sigap menghapus bulir-bulir bening sampai jejaknya tersapu habis. "Aku hanya tidak menyangka jika akan ditinggal menikah sahabatku begitu cepat dengan laki-laki menjengkelkan ini."
Masih saja dia menindas, Sasuke hanya memaklumi sembari mengumpat dalam hati. "Kau terus saja menghujatku, Karin."
"Tentu saja, kau itu memang pantas dihujat." Sialan! "Ya sudah, kalau begitu aku pulang. Nanti aku akan sering-sering menemuimu."
KAMU SEDANG MEMBACA
Crazy Love (Sasusaku Version)
FanficHaruno Sakura telah melakukan kesalahan besar dengan kekasihnya Uchiha Sasuke. Tanpa memikirkan akibat, mereka melakukan seks di usia dini hingga menyebabkan kehadiran seorang bayi. Satu sama lain diam memendam, tidak dapat dipungkiri pandangan oran...