Chapter 18

354 41 0
                                    

18+

Sasuke selalu mengingat setiap detiknya, bagaimana potongan memori itu tidak berhenti mengusik benak. Mulai dari jasmani dan rohani, ia sungguh merasa begitu remuk. Tetapi semua itu sudah cukup setara, Sasuke sangat sadar atas adanya karma. Sungguh, tidak ada yang berarti lagi selain Sakura dan sang calon buah hati. Keduanya adalah penguat, pemupuh semangat hingga Sasuke bisa melangkah sejauh ini. Ia merasa beberapa bulan belakangan adalah masa terkelam, di mana hatinya berkali-kali ditikam, dimainkan, dirobek, sampai akhirnya rusak. Apa ini artinya pengorbanan sebuah cinta? Waktu itu tidak tentu, dan Sasuke tidak pernah bisa menduga apa yang akan terjadi kelak.

"Mmh." Selalu begitu, Sasuke tidak tahan untuk mengusik Sakura yang tengah tertidur lelap. Sapuan napas di sela lehernya membuat si perempuan mengerang untuk kesekian kali. "Sasuke-kun, bisakah kau diam? Aku mengantuk."

"Ini sudah siang sayang, bangunlah."

Siang apanya? Sakura sempat membuka mata, jarum jam beker yang berada di atas nakas bahkan masih mengarah pada pukul setengah empat. "Diamlah, jangan membohongiku."

"Tidak, kau harus bangun sayang. Kita akan lari pagi."

"Apa kau sudah lupa jika aku membawa Mizuo sebesar ini di perutku? Kau saja yang pergi sana, aku tidak bisa berlari."

"Baiklah, kalau begitu kita jalan pagi saja tidak perlu berlari."

Sasuke itu cerewet sekali.

Sasuke itu menyebalkan sekali.

Sakura menatapnya dalam beberapa detik, kemudian memilih menutup seluruh tubuh telanjangnya menggunakan selimut tebal. "Hei, cantik. Kau tidak boleh seperti ini."

"Kau kan sedang libur, lebih baik kita tidur saja."

"Aku akan kembali tidur jika kau memberikanku itu lagi."

Koreksi! Sasuke itu mesum sekali.

"Jadi kau benar-benar menginginkan itu?"

"Ya."

"Lakukan sendiri dengan tembok." Yang benar saja? Sasuke tergelak sesaat lalu beringsut mendekati Sakura, menghapus jarak keduanya hingga ke tahap intim. Dirinya yang telah berpakaian lengkap tidak menjadi masalah untuk melakukannya lagi, bagaimanapun juga Sakura adalah candu untuknya. "A-apa yang kau lakukan Sasu? Lepaskan aku."

"Ayo kita bermesraan."

"Ta-tapi, katamu tadi kau ingin lari pagi?"

"Aku berubah pikiran."

Salahmu! Sakura merutuki kebodohannya sendiri, jika sudah begini Sasuke mana bisa dicegah. Keadaannya yang telanjang sejak semalam membuat tangan nakal Sasuke dengan leluasa bergerak menyentuh Sakura hingga ke titik sensitifnya sekalipun. Dadanya begitu penuh digenggaman Sasuk, rasanya ia enggan untuk melepaskan sampai desahan-desahan erotis menggema di dalam kamar temaram itu. Sakura berharap Ibu serta kakaknya masih terlelap, jika mereka mendengar ini maka ia tidak dapat berpikir rasional lagi. Sentuhan Sasuke pada dadanya kini berubah menjadi remasan kuat, Sakura sendiri sampai harus mengingatkan lelakinya untuk tidak melakukannya secara berlebihan. Dalam keadaan hamil begini membuat beberapa bagian tubuh Sakura terasa sangat sensitif, terutama bagian dadanya.

"Aku tidak mengerti, kenapa dadamu bisa sebesar ini?" Bodoh, Sakura tidak tahan untuk tidak mendesah. "Tapi bukan menjadi masalah, aku sangat menyukainya."

"Dasar mata keranjang."

"Aku mata keranjang hanya padamu."

"Sasuke-kun, jangan terlalu kasar. Ini sedikit terasa sakit."

Crazy Love (Sasusaku Version)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang