Chapter 6

369 46 0
                                    

Sakura tersenyum kecil memandangi Sasuke yang berjalan payah ke arahnya dengan membawa banyak sekali kantung belanja. Bukan salahnya, Sasuke sendiri yang ingin Sakura membeli apa pun jadi mau tidak mau ia yang harus menanggung konsekuensinya. "Sudah? Tidak membeli apa pun lagi?"

Gelengan cepat Sakura berikan pada Sasuke, ia lalu kembali menjilati es krim yang dibawanya. "Sudah."

"Kalau begitu, ayo kita duduk di sana." Perempuannya menuruti, mereka kemudian duduk di bangku berwarna putih. Melelahkan juga rupanya menemani wanita berbelanja, Sasuke akhirnya duduk sembari menselonjorkan kaki di tanah disertai helaan napas berat. "Akhirnya..."

"Berlebihan sekali, begitu saja kau lelah."

"Yang kau beli itu banyak sekali, dan semua aku yang membawanya."

Banyak katanya? Itu hanya sedikit jika menurut Sakura. "Aku hanya membeli baju, celana, pakaian dalam, susu, buah-buahan dan es krim coklat ini."

"Buah-buahan itu berat sekali, Saku."

Sakura terkekeh geli menanggapi, kekasihnya itu memang paling bisa diandalkan. Sejak ia hamil Sasuke sangat begitu memanjakannya, apa pun yang Sakura inginkan selalu menjadi prioritas. Pernah beberapa kali Sasuke mengajaknya untuk ke Dokter, tapi Sakura tidak pernah mau. Ia malu sekali. Apa kata mereka nanti jika tahu dua pelajar pergi berdua ke Dokter kandungan? Sakura meredam pemikirannya mengenai itu, beralih menatap Sasuke yang masih berada dalam posisi sama. Dalam waktu beberapa bulan ke depan mereka akan menjadi orangtua, semakin menuju petaka. Sudah ada hatinya yang retak, lama-kelamaan semakin parah hingga benar-benar hancur rasanya. Lalu memangnya harus bagaimana lagi? Mau menolak takdir yang tergaris nyatanya begitu mustahil.

"Ini." Sasuke menoleh menatap Sakura begitu dia menyodorkan es krim untuknya. "Mau tidak?"

Lantas Sasuke menyeringai samar, ia menarik tangan Sakura dan mengigit es krim stik rasa cokelat itu hingga membuat si pemilik mendelik tidak suka. Seharusnya Sasuke cukup menjilatinya, bukan seperti ini. Spontan saja Sakura memukul bahu kekasihnya dengan keras. "Aduh, sakit."

"Kau seharusnya hanya menjilatinya, bukan menggigitnya! Kau lihat, es krimku jadi habis."

"Pelit sekali." Sembari mencibir, Sasuke beringsut tiduran di paha Sakura dan menghadapkan kepalanya pada perut kekasihnya itu. Dia sudah cukup besar, kentara sekali sudah tidak rata lagi. Disentuhnya pelan-pelan, dadanya juga perlahan ikut menghangat. "Dia sudah sebesar apa ya?"

"Sebesar ini."

Bukan itu. Sasuke mendengus jengah mendengar jawaban Sakura. "Hei anak Papa, kau sebenarnya laki-laki atau perempuan?"

"Laki-laki, Papa."

"Itu kau yang menjawab, sayang."

Suka sekali dia menggoda Sasuke. Namun tidak bisa dipungkiri jika keduanya begitu mendambakan keadaan ini. "Mmm, Sasu."

"Ya?"

"Nanti semua belanjaan kita kau bawa pulang saja ya? Pakaianku saja yang kubawa."

"Kenapa harus begitu?"

"Semua ini terlalu banyak, nanti Ibuku pasti akan curiga." Sejenak tercenung, Sasuke membenarkan ucapan Sakura. Mereka sudah sejauh ini, demi Tuhan banyak sekali problema yang telah dilewati. "Sasuke-kun, aku semakin takut."

Merasa poni rambutnya dielus, Sasuke semakin membenamkan kepala. Kehidupan anaknya berada di dalam perut perempuan ini yang selalu Sasuke muliakan layaknya ia memuliakan Mikoto. Tidak ada kata, air matanya perlahan berjatuhan tetapi Sasuke enggan menunjukkannya pada Sakura. Ia menangis, benar-benar telah berada pada batas kesanggupannya sendiri. Dulunya ia sempat berpikir untuk lari toh yang mengandung adalah Sakura, tapi Sasuke mengingat-ingat lagi. Sakura seorang perempuan, dan jika ia menyakiti Sakura maka sama saja ia menyakiti Ibunya sendiri. Ini menyakitkan, seperti pukulan yang membuatnya tersadar.

Crazy Love (Sasusaku Version)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang