Pagi ini, Sasuke merasa berat sekali untuk membuka mata bahkan kepalanya terasa pusing. Ia menoleh menatap wajah Sakura, perempuannya itu lalu membuka mata hingga langsung bertatap dengan jelaga Sasuke. "Selamat pagi."
"Pagi." Mungkin sudah menjadi tabiat wanita hamil, susah bergerak dan mudah lelah. Sasuke sedikit berjengit ketika Sakura memeluknya cukup erat, tetapi hanya sebentar lantaran ia merasakan suhu lain pada tubuh laki-laki yang tengah dipeluknya. "Sasuke-kun, kau demam? Badanmu panas sekali."
"Ini hanya sakit biasa, kau tidak perlu khawatir."
"Kau selalu mengatakan itu jika tengah sakit."
Wajah Sasuke terlihat pucat, dan anggapan Sakura mengenai kondisinya semakin menguat. Sasuke memang jarang sekali mengeluh, seluruh karma atas tindakannya selalu ia terima. Berlapang dada, segala kesulitan apa pun selalu ia lakukan. Semampunya bertahan, meskipun Sasuke masih berdiri pada ruang yang sama. Tinggal menunggu waktu itu, Mizuo akan terlahir. Rasanya seperti mimpi, Sasuke yang tidak dewasa sekali dulu telah menjelma menjadi Ayah muda di usia belasan. Tuntutan untuk menjadi lebih bertanggung jawab kian tertanam pada hatinya. Dan dengan ini, ia dapat melihat sang istri melangkah ke arahnya dengan membawa baskom berisi air dingin.
"Sayang, tidak perlu seperti ini."
"Kau sakit, jangan membantah!" Baiklah, kali ini dia menang. Sasuke menurut saja ketika Sakura mulai mengompres keningnya. "Hari ini kau tidak boleh bersekolah."
Dan dengan begini, Sasuke pasrah.
"Sebentar, akan aku ambilkan sarapan untukmu dan juga obat." Perutnya sudah terlihat besar sekali, alhasil Sakura jadi susah berjalan.
"Berhati-hatilah, jangan terburu-buru." Bersamaan hilangnya punggung Sakura dari balik pintu, Sasuke mendapati ponselnya berdering di atas nakas. Sedikit beringsut, telapak besarnya meraih benda pipih yang menampilkan nama sekaligus foto si penelepon. "Hallo."
"Jam berapa ini? Aku sudah menghubungi mu berkali-kali tapi baru kau terima sekarang."
Itu Itachi. "Aku sedang tidak enak badan."
Detik berikutnya, tidak ada suara bernada tinggi dari Itachi. Dia jadi melunak. "Kau sakit, sejak kapan?"
"Sebenarnya sudah terasa dua hari belakangan, tapi sepertinya kali ini benar-benar puncaknya. Badanku pegal-pegal semua dan kepalaku pusing."
"Berarti hari ini kau tidak bersekolah?"
"Tentu saja tidak, lagi pula Sakura juga melarangku."
"Itu bagus, kau harus beristirahat. Lekas sembuh, aku kasihan pada istrimu jika harus merawat bayi besarnya dalam keadaan hamil."
"Idiot, kau yang bayi besar."
Itachi akhirnya terbahak sebentar kemudian menutup sambungan telepon begitu saja. Sasuke tadi sempat mendengar kakaknya itu akan mengatakan kondisinya kini pada Mikoto. Omong-omong, rasanya Sakura sudah cukup lama pergi. Membuat satu sisi di hatinya ikut berdesir membayangkan sesuatu, Sasuke lalu memutuskan untuk keluar kamar dan turun ke lantai bawah setelah melepaskan kompres yang menempel di dahinya. Keadaan cukup sepi, hanya terdengar bunyi bising dari arah dapur. Sesekali terdengar gerutuan suara perempuan yang ia yakini adalah Sakura, kemudian muncul suara balasan dari perempuan lain. Ini sedikit aneh, tapi sungguh di luar prediksinya. Sasuke mengelap peluh di dahinya begitu mendapati Mebuki tengah memasak tumis kangkung dengan Sakura yang menunggunya di meja makan.
"Jangan ulangi lagi, nyawamu bisa terancam kalau sampai kau hampir terjatuh dari tangga seperti tadi."
Sakura, hampir terjatuh?
KAMU SEDANG MEMBACA
Crazy Love (Sasusaku Version)
FanfictionHaruno Sakura telah melakukan kesalahan besar dengan kekasihnya Uchiha Sasuke. Tanpa memikirkan akibat, mereka melakukan seks di usia dini hingga menyebabkan kehadiran seorang bayi. Satu sama lain diam memendam, tidak dapat dipungkiri pandangan oran...