Chapter 4

432 48 0
                                    

18+

Pagi ini, hujan mengguyur kota dengan begitu derasnya disertai angin kencang. Jalanan yang biasanya padat kini terlihat cukup sepi, hanya beberapa kendaraan saja yang berlalu lalang. Sasori memelankan sedikit laju motor besarnya untuk berhati-hati di jalanan yang licin. Aktivitas semua orang jelas sekali terhambat karena hujan, tidak terkecuali Sasori dan adiknya. Saat ini keduanya tengah dalam perjalanan menuju sekolah Sakura dengan mengenakan jas hujan kelelawar yang melindungi tubuh mereka dari derasnya hujan.

"Pukul berapa sekarang?"

Samar-samar Sakura mendengarkan Sasori bertanya dengan nada yang cukup tinggi, ia lalu mengeratkan pelukannya pada perut kakaknya itu. "Enam lebih lima belas Nii."

"Lain kali jangan bangun kesiangan seperti ini lagi, kau tahu terkadang hujan bisa datang tiba-tiba tanpa permisi."

Dua kali. Ibunya sudah mengomelinya tadi, sekarang kakaknya pun ikut mengomel juga. Tahu begini lebih baik Sakura pura-pura sakit dan tidak sekolah saja. Sebenarnya memang salahnya sendiri karena tidak mau menuruti perintah Sasuke untuk tidur lebih awal, ia benar-benar tidak bisa memejamkan mata dan malah bermain zuma. Perempuan hamil memang sulit dimengerti sikap serta inginnya. Sasori sama sekali tidak pengertian, Sakura jadi sebal sendiri. Beberapa menit terlewati, motor besar Sasori kini berhenti tepat di depan gerbang sekolah adiknya. Sakura terburu-buru turun untuk mencari perlindungan, disusul Sasori yang mengikutinya dengan membawa satu kantung plastik berisi kotak makan. Tadi ia tidak sempat sarapan sehingga Ibunya membawakannya bekal, nasi goreng hangat yang diinginkan Sakura semalam.

"Ini, bekalmu." Sakura menerimanya dengan sigap. "Ya sudah, cepat masuk sana."

Sasori itu sangat tampan, usianya sudah matang, tubuhnya bagus dan banyak wanita yang mendekatinya. Tapi hingga detik ini dia tidak kunjung menikah. Sakura tidak berbohong, temannya saja banyak yang menyukai kakaknya itu. Lagi-lagi Sasori tidak perduli dan menganggap semuanya sebagai angin lalu. "Nanti kau bisa menjemputku atau tidak? Kalau tidak ya sudah nanti aku ikut temanku."

"Akan aku jemput."

Tidak terlalu memusingkan tentang Sasori, Sakura beralih melangkah masuk ke dalam gerbang sekolah. Sudah banyak sekali siswa-siswi yang tiba di sana meskipun hujan membatasi. Di antara kerumunan, ia menemukan Karin yang tengah duduk berdua dengan Sui. Perempuan itu menulis sesuatu di bukunya dan Sui yang membuka kitab bahasa Inggris. Sesekali terdengar gerutuan dari Karin yang ditujukan pada kekasihnya sendiri. Seperti tidak ada gunanya, Sui itu tipe laki-laki penyabar, Karin mencaci makinya pun tidak akan berpengaruh apa-apa. Dasar! Sakura mengeryit sesaat kemudian melangkah mendekati mereka.

"Hai, kalian sedang apa?"

Sui yang pertama mendongak, sedangkan Karin sama sekali tidak merubah posisinya. "Dia belum mengerjakan PR bahasa Inggris, merepotkan sekali."

"Bagaimana bisa kau belum mengerjakan, Karin?"

"Diamlah, aku ini benar-benar lupa. Hei Sui, cepat baca itu."

Pasangan aneh. Sakura melihat Sui seperti teman Karin dan bukan kekasihnya, meskipun sebenarnya Sui itu kakak kelas mereka. "Mmm, kalian melihat Sasuke tidak?"

"Dia baru saja lewat, mungkin sekarang ada di kelas."

"Kau tidak masuk ke kelas, Karin?"

"Kau duluan saja, nanti aku menyusul."

Sakura menanggapi ucapan Karin dengan anggukan, ia lantas berlalu menuju kelas. Masih belum terlalu ramai, sebagian teman sekelas Sakura memilih di luar. Sasuke yang tengah duduk sendiri di bangku deretan nomor dua tersenyum begitu mendapati keberadaannya. "Hai, kemarilah."

Crazy Love (Sasusaku Version)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang