Chapter 19

328 42 0
                                    

Sasuke membuka lembaran kamus tebal secara acak, sudah menjelang waktu pagi dan hanya denting jarum jam yang menemaninya. Hal ini sering sekali menjadi rutinitas lantaran ia harus pintar membagi waktu antara sekolah dan kerja, apalagi terkadang Sakura semakin rewel minta selalu dimanjakan.

"Sasuke-kun." Seperti sekarang.

Sasuke langsung menoleh, menemukan istrinya tengah tiduran di atas ranjang dengan tertutupi selimut tebal sampai sebatas dada. Dia sempat mengucek matanya, lalu balas menatap Sasuke sembari menguap lebar. "Hn, kau terbangun?"

"Aku bermimpi melahirkan." Bagaimana bisa Sasuke tidak tersenyum ketika mendengar suara serak Sakura? Ia menggeleng kecil, mencoba kembali fokus pada tugasnya. "Hei, Papa. Kau mendengarkanku tidak?"

"Sayang, ini masih pukul setengah dua. Sebaiknya kau kembali tidur."

"Buatkan aku omelet terlebih dulu baru aku akan tidur."

Cobaan lagi. Jika begini maka tugas sekolahnya tidak kunjung selesai. "Kau tidak ingat ucapan Sasori-nii?"

"Apa?"

"Tubuhmu itu akan semakin besar menyamai paus jika kau terus-menerus mengkonsumsi minyak berlebih. Lihat, lemak di lenganmu sudah berkumpul banyak."

"Ya sudah aku tidak mau bicara denganmu besok." Tuan putri mulai menunjukkan kuasanya, kemudian dengan begini Sasuke tidak akan pernah bisa membantahnya lagi.

"Baiklah, akan aku buatkan. Tunggu di sini."

"Aku ikut."

Sebenarnya dosa tidak sih mengumpati perempuan hamil? Jika tidak maka Sasuke akan melakukan itu tanpa diminta. Sialnya ia sangat tidak berdaya, terlebih jika Sakura sudah murka. Biar saja harga dirinya diinjak-injak, toh Sakura tengah mengandung anaknya. Sasuke tidak perlu bersusah payah memapah Sakura ke lantai bawah karena perempuan itu bisa berjalan santai tanpa menemui kesulitan apa pun, ia sepertinya sadar diri jika bobot tubuhnya bertambah berat. Sampai di dapur, Sasuke dengan sigap membuat omelet. Sakura sesekali berceloteh mengenai perubahan tubuhnya yang merepotkan sekali, semuanya melebar hingga membuat Sasuke terbahak mendengarnya. Sakura itu gendut, memang. Tapi tidak seperti yang dia bayangkan. Di mata Sasuke, Sakura justru terlihat semakin seksi dalam keadaan hamil begini.

"Sasu, aku akan memukulmu nanti jika omeletku gosong. Kau terus saja tertawa tanpa merespon ucapanku!"

"Ucapan yang mana?"

"Menyebalkan!" Pada akhirnya Sasuke hanya bisa menahan tawa saat Sakura mencebikkan bibirnya. Tidak lama, satu omelet panas telah tersaji di atas piring.

"Cepat, makan itu. Sehabis ini aku akan kembali mengerjakan tugasku." Sakura lantas mengangguk antusias, kemudian mulai melahap makanan pesanannya hingga tandas habis. Pantas saja dia menjadi besar begitu, porsi makannya saja tidak terima sedikit. Ketika semuanya masuk ke dalam mulut, Sasuke segera menyerahkan satu gelas air putih. "Sudah, kau kenyang?"

"Kenyang sekali, Papa."

Mendengar panggilan Sakura membuat perasaan Sasuke sedikit tergelitik, pasalnya di usianya yang bahkan masih tujuh belas ia sudah berstatus sebagai kepala keluarga. Bayi mereka akan lahir dalam dua minggu ke depan, Dr. Mei sendiri yang mengatakan perkiraannya. Mengingat demikian, satu hatinya terasa remuk. Sasuke merasa tidak pantas untuk Sakura, Sasuke merasa tidak pantas mendapatkan maaf, dan Sasuke merasa tidak pantas untuk menjadi seorang Ayah. Semuanya masih terlalu kurang, ia bahkan masih belum mendapati maaf dari Mebuki. Selangkah lagi, berkali-kali Sasuke menguatkan diri untuk tetap teguh pada keyakinannya. Berakhir pada realita, ia hanya bisa memandangi perempuannya dengan murung.

Sasuke lalu beringsut mengambil piring bekas omelet Sakura, mencucinya sampai bersih. "Sasuke-kun."

"Ya?"

Crazy Love (Sasusaku Version)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang