05. Sarapan Bareng

1.8K 95 3
                                    

Asmi pada akhirnya bisa tidur, ketika waktu menjelang fajar. Tubuhnya yang lelah pun kalah oleh penatnya pikiran. Dia tidur begitu lelap, sampai bermimpi memasak sayur.

Tempat yang ia tinggali, tempat tidurnya, kamarnya, tidak bisa dibilang tidak nyaman atau buruk. Bahkan jauh lebih baik dibandingkan tempat asalnya. Kamarnya yang mengenaskan. Meski terasa canggung, dia merasa sedikit nyaman.

***

Aida, Sita, dan Maryana berkumpul bersama Tama di ruang makan rumah utama. Mereka akan sarapan seperti biasanya yang merupakan rutinitas pagi di rumah.

Bagi Tama, sarapan adalah salah satu sesi makan paling penting dalam kehidupan. Sebab, dengan sarapan dia memulai hari, mengisi energi, serta kebersamaan dan harapan-harapan baik. Intinya, sarapan adalah momen sakral dalam keluarga Tama.

"Mbak, mana Asmi?" tanya Tama karena tidak melihat kehadiran gadis itu di meja makan.

"Mungkin masih di kabinnya, Tuan."

"Tolong panggilkan dia."

"Baik."

Tanpa perlu menunggu pelayan itu segera mendatangi tempat Asmi. Dia berjalan cepat, dengan sedikit rasa khawatir.

"Permisi, Neng Asmi."

"Neng ...." Pelayan itu terus mengetuk pintu, membuat Asmi bangun dari tidurnya.

"Iya, Mbak, ada apa?" jawabnya sambil mengucek mata. Rambut Asmi masih berantakan saat menemui pelayan.

"Tuan Tama memanggil Neng Asmi untuk sarapan, sekarang."

"Ha?"

"Iya, sekarang di ruang makan, Neng."

"Aku nggak mau."

"Tapi--"

"Aku nggak laper, Mbak. Nggak biasa juga sarapan. Bilang aja sama Pak Tama, sarapan duluan."

"Tapi, Mbak,"

"Udah, nggak pa-pa, Mbak."

Saat pelayan itu berlalu, Asmi kembali ke dalam. Dia duduk di sofa karena masih ngantuk.

"Ngapain juga sarapan! Bikin kesel aja. Lagi enak-enak tidur."

Pelayan itu berjalan cepat menuju ruang makan. Dia sebenarnya takut kalau dimarahi. Saat kembali ke ruang makan, keempat orang itu menatapnya heran.

"Mana?" tanya Tama.

"Emh, maaf, Tuan. Neng Asmi bilang tidak mau sarapan."

"Apa?!" Kali ini Maryana tampak marah. Dia langsung berdiri dan merasa sangat dirugikan. Pertama, karena dia harus menunda sarapannya. Kedua, itu artinya dia akan sedikit kesiangan, dan jadwalnya kacau. Waktu adalah hal yang sangat berharga bagi Maryana.

"Tidak bisa dibiarkan!" ucap Aida kesal.

"Biar aku yang panggil," usul Sita, mereka berempat sengaja menunggu Asmi sarapan bersama. Malah yang ditunggu sama sekali tidak menghargai waktu mereka.

INSYAALLAH, SUAMIMU JODOHKU (TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang