22. Keramas

1.6K 61 0
                                    


Follow yuk, sebelum lanjut baca. ❤️

"Kadang-kadang aku merasa terlalu lelah, Asmi. Memikirkan semuanya, rasanya ... aku malah kesepian di tengah keluarga besar ini."

"Kesepian?"

"Entahlah, Asmi, mungkin itu hanya perasaanku."

Tama melepaskan tangannya dari Asmi, lalu bangkit untuk kembali duduk di sofa, memasang wajah cerianya, serta tersenyum pada Asmi. Benar-benar berbeda dengan sesaat sebelumnya.

"Nggak perlu pakai topeng, Pak. Lepaskan saja," ucap Asmi tegas.

"Apa?"

"Pak, di hadapanku Bapak nggak perlu pakai topeng apapun. Akuilah, kalau Bapak sedih, kecewa, marah, atau apapun. Mengeluh juga boleh kalau perlu. Di sini cuma ada kita berdua."

"Benar." Kali ini Tama mengusap kepala Asmi dengan telapak tangannya.

"Apapun yang Bapak rasa, atau pikirkan, Bapak harus ingat, ada aku. Aku akan selalu ada buat jadi Bestie-nya Bapak."

"Bestie, ya? Terdengar bagus." Tama mengangguk.

"Iyah. Sekarang, Bapak punya Bestie. Jadi, nggak akan kesepian lagi."

Asmi meraih kedua tangan Tama, dia merasakan kedua tangan itu begitu kokoh dan kuat. Namun, tidak berarti juga bahwa Tama selalu punya hati yang kuat, dia juga manusia yang punya perasaan seperti juga Asmi.

"Di hadapanku, Bapak bebas untuk jadi diri sendiri. Tidak perlu jaga image, kan, kita sudah menikah, Pak. Aku juga suka pakai topeng di hadapan semua orang. Aku sering pura-pura baik-baik saja, pura-pura bahagia, walau sebenarnya aku lebih sering menangis."

"Asmi, aku merasa beruntung bisa bersamamu sekarang."

Mereka berdua duduk bersebelahan, sama-sama menaikkan kaki ke atas sofa. Sama-sama membagi beban rasa, meski tanpa kata-kata. Keduanya terdiam, ketika Asmi memeluk lengan Tama.

"Aku kira Bapak tadi hebat banget bisa menenangkan Denis."

"Oya? Apa kamu terluka? Apa ucapan Denis menyakitimu?"

"Tidaaak. Jangan khawatirkan itu, Pak. Aku memang orang baru di sini."

"Aku takut kamu tersinggung, Asmi."

"Aku cuma kaget saja tadi."

"Kamu memang orang baru. Tapi rasanya aku seperti sudah mengenalmu. Kamu benar, aku tidak perlu memakai topeng di hadapanmu. Meskipun kamu masih sangat muda, nyatanya terkadang kamu justru bersikap dewasa."

"Heh! Tapi bukan dewasa yang seksi-seksi loh, Pak. Jangan salah sangka!" protes Asmi sambil segera bergeser menjauh. Membuat Tama tergelak.

"Baru diomong dewasa, langsung keliatan sikap bocilnya. Dasar Asmi!"

Mereka berdua lalu saling menatap, seolah jantung waktu berhenti berdetak. Tama mengagumi dua sisi Asmi yang berlawanan, menjadikannya kombinasi yang sempurna untuk dicintai. Sementara Asmi, merasa beruntung bisa sedikit lebih mengenal suaminya. Dia bangga, bahwa Tama mau jujur pada Asmi tentang apa yang sedang dirasakannya.

Lalu keduanya kembali tertawa, bersama.

Sebelum kemudian Tama berjalan ke kamar mandi, dan berada di dalam untuk beberapa menit. Sementara Asmi menekuni ponselnya, chat dengan Deana.

"Asmi, sini!" panggil Tama dari dalam kamar mandi.

"Ya."

Asmi berjalan mendekat, dan berhenti di dekat meja rias. Pintu kamar mandi tidak ditutup oleh Tama.

INSYAALLAH, SUAMIMU JODOHKU (TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang