Setelah berpamitan dengan Pak Kadus, Tama mengajak Asmi melanjutkan berjalan kaki. Mereka berdua melewati perkampungan, lalu kembali ke jalan aspal yang membentang di sepanjang jalur desa.
"Asmi, kalau kamu perlu menghubungi orang, kamu boleh pakai handphone saya."
Asmi menghentikan langkahnya, lalu menatap tajam pria itu.
"Emang Bapak punya kontak teman-teman aku?"
Asmi bersungut-sungut kesal. Dia berjalan lebih cepat sehingga memaksa Tama mengikuti ritmenya. Pria itu tertawa sendiri melihat kelakuan Asmi. Menurutnya, sangat lucu ketika gadis itu marah.
"Ya baiklah, saya minta maaf kalau salah bicara."
"Kalau begitu, kasih tau aku gimana caranya aku bisa dapat uang sendiri. Nanti aku beli itu charger dan semua yang aku butuh!"
Tama tidak menjawab. Dia bisa saja memberikan apa yang Asmi mau. Namun, Tama khawatir kalau Asmi berhubungan dengan orang-orang dari masa lalunya. Bagaimana kalau hal itu membuat Asmi ingin pulang? Meninggalkan Tama dan kehidupannya.
"Asmi ... apa kamu punya, emh, kekasih?" tanya Tama ragu-ragu. Meski dia sendiri tidak siap dengan jawaban Asmi.
Dia memang akan menikahi sang gadis, tetapi, belum tentu dia akan memiliki hatinya juga. Tidak ada yang bisa Tama perbuat jika ada seseorang yang menggenggam hati Asmi.
Tama sadar kalau dirinya datang baru saja dalam kehidupan Asmi.
"Kalau iya? Apa Bapak akan membatalkan rencana pernikahan kita?" tanya Asmi menantang pria itu.
"Jawab saja, ada atau tidak," desak Tama yang ternyata tidak cukup sabar menunggu jawaban itu. Di satu sisi, dia ingin tahu. Namun, di sisi lain, Tama juga takut akan kebenarannya. Bagaimana jika Asmi memang punya kekasih dan mereka ingin bersatu. Apakah tidak terlalu kejam bila Tama menjadi sebab perpisahan dua orang yang saling cinta?
"Itu tidak penting, Pak. Ada atau tidak, Bapak pasti akan tetap menikahiku. Aku juga nggak tahu motif Bapak, tiba-tiba mengajakku ke sini lalu bilang akan menikahiku."
"Kamu benar," jawab Tama tenang, "jawabanmu memang tidak akan mempengaruhi keputusan saya."
"Nah, kan! Apa juga kubilang. Bapak nih, benar-benar orang yang suka memaksakan kehendak. Apa itu sikap orang kaya pada umumnya?"
Asmi tidak tahu saja kalau Tama benar-benar penasaran. Mereka telah melewati rumah, tetapi Tama tidak mengajaknya pulang melainkan mereka tetap berjalan-jalan.
KAMU SEDANG MEMBACA
INSYAALLAH, SUAMIMU JODOHKU (TAMAT)
RomantizmDia membawaku pulang ke rumah, tempat ketiga istrinya tinggal. *** PLEASE, FOLLOW SEBELUM BACA. Dikomen yuk🙏🥰🤗🤗 Sobat Wattpad. teima kacii