Sesuai saran dari Maryana, Asmi bermaksud untuk mengambil buah nangka muda di belakang kabinnya. Asmi membawa tampah dan golok yang dia pinjam dari Pak Yan.
Setelah memilih, dia menebas batang nangka itu sendiri. Meski Mbak Yuni akan membantunya tetapi Asmi menolak.
"Biar Asmi aja, Mbak yang siapkan dari awal sampai jadi nanti."
Waktu semakin sore ketika Asmi juga mau repot-repot memarut kelapa. Semua itu dia lakukan demi orang yang dia cintai. Dia ingin membuatkan sesuatu yang spesial, langsung dengan tangannya. Karena, bagi Asmi, hanya itu yang bisa dia lakukan untuk Tama. Dia benar-benar memasaknya, dari buah yang masih di pohon sampai menjadi hidangan siap santap.
Ketika waktu maghrib tiba, masakan Asmi sudah siap. Dia pun segera menuju kabin untuk menunaikan sholat.
Asmi datang ke rumah utama untuk makan malam bersama Tama. Pria itu sepulang dari kebun langsung menuju ke kabin Asmi untuk beristirahat. Lalu, di meja makan semuanya sudah siap. Sayangnya, tempat duduk di dekat kurai milik Tama, sudah ditempati oleh Aida dan Maryana di masing-masing sisi. Sehingga Asmi terpaksa duduk di samping Aida, berhadapan dengan Sita.
"Tama, mari duduk," kata Maryana mempersilakan, wajahnya tampak bersemangat dan ceria.
"Terima kasih, Maryana."
Mereka berlima duduk bersama dan mulai berdoa. Kemudian, Maryana mengambilkan nasi untuk Tama. Di hadapannya ada sebuah mangkuk keramik besar yang berisi masakan Asmi.
"Tama, ini adalah masakan istimewa buatan Asmi." Maryana memberitahukan dengan antusias.
"Kata para pelayan, Asmi sendiri yang memasaknya dari awal. Hebat sekali ya?"
Tama menatap Asmi kagum. Dia tersenyum senang, ternyata ini kejutan yang Asmi siapkan. Gulai nangka di hadapannya tampak sangat lezat.
"Semoga Bapak dan kakak-kakak suka."
Maryana langsung mengambilkan beberapa sendok sayur nangka muda itu ke piring Tama. Bahkan, sampai semua nasinya terendam kuah santan. Setelah itu dia juga mengambil untuk dirinya sendiri, dan mempersilakan yang lain untuk turut mengambil juga.
Tama menyendok nasinya, memasukkan ke dalam mulut dan merasakan sesuatu yang sedikit aneh. Dia langsung mengambil tisu, dan melepehkannya.
"Apa ini?" tanya Tama heran.
Maryana menyendok makanannya, mengunyah dengan cepat. Wanita itu juga terkejut.
"Daging?"
Maryana melotot ke arah Asmi yang tampak cemas. Dia tidak tahu apanya yang salah.
"Asmi! Berani-beraninya kamu memasukkan daging dalam masakan untuk Tama!" Aida membentak Asmi, sambil memelototkan matanya.
"Tama," panggil Maryana dengan lemah lembut, "tolong maafkan Asmi, ini juga kesalahan kami yang tidak mengajarinya dengan baik."
Maryana membela Asmi. Dia tersenyum, sambil mengusap-usap lengan atas Tama yang terlihat diam dan tidak berniat melanjutkan makan.
"Asmi! Kamu nggak tahu ya, kalau Tama itu vegan?" Maryana memarahi Asmi dengan geram.
"Diam." Tama mengatakannya dengan pelan kepada Maryana. Meminta wanita itu menghentikan keributan di atas meja makan.
"Secuil daging sapi, tidak akan membunuhku," ucap Tama sambil kembali makan. Dia meminggirkan semua lauk ke pinggir piring lalu memakan nasi yang sudah terlanjur diambilkan untuk dirinya.
KAMU SEDANG MEMBACA
INSYAALLAH, SUAMIMU JODOHKU (TAMAT)
RomansaDia membawaku pulang ke rumah, tempat ketiga istrinya tinggal. *** PLEASE, FOLLOW SEBELUM BACA. Dikomen yuk🙏🥰🤗🤗 Sobat Wattpad. teima kacii