06. Kuburan

1.6K 88 0
                                    


Usai sarapan, Tama bangkit menghampiri Maryana. Wanita itu mencium tangan Tama, sangat menggambarkan sebuah kepatuhan. Lalu, Tama membalasnya dengan mengecup kening Maryana.

"Semoga beruntung," ucap Tama.

"Terima kasih, Tama."

Lalu, pria itu menghampiri Aida untuk melakukan hal yang sama.

"Semoga lancar, Aida."

"Terima kasih, Tama."

Kemudian gantian Sita. Kepada Sita, Tama mengucapkan harapan, "Jaga diri baik-baik, Sita."

"Baik, Tama. Terima kasih."

Setelah itu, Tama menatap Asmi. Asmi masih marah. Dia tidak berharap sama sekali dicium keningnya oleh Tama. Seumur hidup, dia berharap itu tidak akan pernah terjadi. Asmi tidak sudi!

Tama mendekati Asmi. Gadis itu membulatkan mata. Takut kalau Tama memaksa untuk mengecup keningnya. Asmi berjaga-jaga, otot-otot di tubuhnya menegang seketika.

Jangan sampai dia menyentuhku, ucap Asmi dalam hati. Di luar dugaan, Tama hanya mengusap puncak kepala Asmi. Dan secara ajaib, hal itu justru membuat Asmi merasa lebih santai. Pria itu tersenyum simpul, sebelum kembali ke tempat duduknya.

Ketiga istri Tama berpamitan. Mereka bersaam keluar dari rumah. Tak lama kemudian, terdengar mobil-mobil menderu meninggalkan halaman.

Gila! Mereka semua bisa mengemudi, batin Asmi.

"Nah, Asmi. Bersiaplah. Saya tunggu di sini setengah jam lagi."

"Mau ke mana?"

"Saya akan mengenalkanmu kepada orang yang paling penting dalam hidup saya."

"Emh. Aku mandi dulu."

"Ya."

Saat Asmi bangkit dari tempat duduknya, para pelayan sudah siap akan membereskan meja makan. Jadi, dia tidak perlu khawatir akan piring-piring kotor.

Sambil berjalan kembali ke kabinnya, dia berpikir kira-kira berangkat ke mana para istri Tama? Kenapa mereka bertiga pergi tanpa Tama? Dan, kenapa Tama percaya kepada mereka semua?

Sebenarnya banyak sekali pertanyaan demi pertanyaan dalam benak gadis itu. Termasuk bagaimana nasibnya kelak jika sudah menjadi salah satu istri Tama?

Namun, Asmi memutuskan untuk berhenti bertanya-tanya sendiri. Dia mandi, dan bersiap.

Ketika sedang menyisir rambut, ada yang mengetuk pintunya.

"Nggak sabaran banget!" keluhnya.

Tampak seorang pelayan di depan pintu.

"Bilang, sebentar lagi," ucap Asmi ketus.

"Apanya, Neng?" tanya pelayan perempuan itu bingung.

"Bilang sama Pak Tama."

"Iya, baik, Neng. Sebenarnya saya ke sini mau ambil cucian."

INSYAALLAH, SUAMIMU JODOHKU (TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang