20. Malam Pertama

2.8K 73 2
                                    

(Tolong bantu cek typo ya, Sobat yang baik hati.)

Asmi mencoba berdamai dengan kenyataan. Dia tidak boleh terlalu stress, sampai-sampai perutnya kram. Setelah berusaha mengatur napas, Asmi merasakan keadaannya cukup membaik.

Dia berbaring sambil menatap langit-langit. Memikirkan apa yang seharian ini dia alami. Satu hari yang luar biasa. Dia meraih ponsel dan berusaha mengetikkan sesuatu. Mungkin status yang panjang, dan meluapkan semua yang dia rasakan. Masalahnya, Asmi sendiri sendiri sedang bingung dengan perasaannya. Apakah dia sedih? Bahagia? Atau apa?

"Dahlah, gini aja."

Pada akhirnya, Asmi hanya mengunggah sebuah foto jari manisnya yang dilingkari cincin. Lalu memberikan caption 'Alhamdulillah' sebagai tanda syukur.

Asmi bangun dari tempat tidurnya. Dia menuju ke dapur mini di belakang. Lalu, dia menyeduh kopi, sebelum akhirnya dia duduk di sofa menikmati kopinya.

Waktu menunjukkan pukul satu lewat tengah malam, ketika pintu kabinnya diketuk. Asmi sudah berada di bawah selimut.

"Asmi, aku masuk, ya."

Suara itu sukses membuat Asmi kembali merasakan kecemasan. Ternyata benar, Tama datang ke kabinnya. Apa yang dirinya lakukan sekarang?

"Kamu belum tidur?" tanya Tama saat mendapati Asmi duduk di tempat tidurnya. Dia sudah mengenakan gaun tidur yang berkilau dan lembut.

"Belum, Pak."

"Kenapa? Kamu capek?"

"Emh, iya."

Apa dengan beralasan capek, Asmi bisa lari dari kewajibannya? Apakah Tama akan setuju jika Asmi menolak memberikan mahkota keperawanannya sekaran? Asmi sungguh merasa takut.

"Duduk sini," perintah Tama sambil menunjuk meja rias mungil di depan kamar mandi.

"B-baik."

Asmi menurut. Dia duduk di hadapan cermin rias. Kini dia dan Tama bisa melihat pantulan wajah mereka berdua. Tiba-tiba, Tama menatap wajah Asmi di cermin, sambil sedikit membungkuk. Dia tersenyum, kagum.

Tama mengendus sesuatu, dan senyum di wajahnya langsung pudar. Bahkan sempat membuat Asmi ketakutan.

"Kamu pake parfum?" tanya Tama sambil mengangkat pergelangan tangan Asmi ke dekat hidungnya.

"Iya, Pak. Tadi dapat dari kado itu," jawab Asmi ceria.

"Kado dari?" selidik Tama penasaran.

"Dari, Kak Aida."

Tama memejamkan matanya sambil mendongak. Dia kesal bukan main. Bisa-bisanya di malam pengantinnya yang seharusnya indah, malah terjadi hal di luar dugaannya.

"Bilas tanganmu, Asmi," perintah Tama tegas.

"Aku tidak ingin mencium aroma itu di sini. Jangan gunakan lagi, ya."

"Iya, Pak."

Asmi buru-buru ke kamar mandi untuk membilas tangannya yang terkena parfum tadi ketika mencobanya. Dia sengaja menuangkan sabun berkali-kali agar wangi parfum itu hilang atau terganti.

Sementara itu, Tama duduk di atas tempat tidur. Dia melirik kotak kado yang ditaruh Asmi di bawah meja rias. Tertulis nama Aida memang. Bisa-bisanya Aida melakukan itu?

Tama hapal betul apa wangi parfum di pergelangan tangan Asmi barusan. Itu adalah wangi parfum YSL Libre kesukaan Aida. Tama tidak membenci itu. Namun, dengan memberikan parfum yang sama kepada Asmi, Aida seolah sengaja merusak kebersamaan Tama dengan Asmi. Yaitu, dengan mengingatkan Tama akan dirinya melalui parfum.

INSYAALLAH, SUAMIMU JODOHKU (TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang