24. Penyatuan Cinta

2K 64 2
                                    



"Pak, terima kasih karena telah membelaku," ungkap Asmi tulus ketika mereka telah berada di dalam kabin. Setelah pertemuan di ruang kerja berakhir dengan kurang baik. Sebab, Maryana berhasil memancing amarah Tama.

"Sudah seharusnya aku selalu melindungimu, Asmi. Itu adalah janjiku."

"Iya, tapi nggak harus gitu juga, kok. Bapak sampai ngomong keras sama mereka. Sebenarnya, omongan Mbak Mar, ada benarnya juga, kan? Bahwa aku cuma nganggur aja di sini."

Asmi sebenarnya tidak terima dikatakan begitu. Namun, dia memilih untuk menyabarkan Tama, agar pria itu tidak terlalu membelanya yang akan mengakibatkan kecemburuan di hati para istri lain. Asmi tidak ingin mereka marah pada Tama. Jadi, baginya biarlah kalau dia diusik bahkan dihina. Asmi pun sadar, dia memang tidak membawa apa-apa ke dalam keluarga Tama selain dirinya sendiri. Dia belum punya kontribusi apa-apa.

"Ssstt!" Tama segera membungkam Asmi dengan jari telunjuknya, menempelkan dengan lembut di bibir Asmi.

"Jangan, bilang begitu, Asmi. Kamu di sini karena aku yang menghendakinya."

Asmi terdiam, mereka berdua saling bertatap. Untuk saling mengagumi. Asmi, mengagumi sikap pengayom yang mendatangkan rasa aman dan nyaman bagi dirinya. Sementara Tama, merasakan keceriaan dan perhatian yang mendalam dari diri Asmi.

"Eh!"

Tiba-tiba sadar telunjuknya masih menempel di bibir Asmi, Tama segera menjauhkannya. Lalu, mengalihkan pandangan dengan cepat.

"Kalau benar mereka mau tetap di rumah, bukannya nanti Bapak jadi repot?" tanya Asmi khawatir.

"Aku tidak keberatan untuk itu. Memang memastikan hidup kita berjalan baik sudah menjadi kewajibanku."

"Benar, tapi Bapak kan, satu orang. Masa iya bisa membelah diri?"

"Haha. Itu bukan hal yang mustahil, Asmi," jawab Tama santai.

"Masa?"

"Hmm, aku bisa saja kan, mendelegasikan tugas pada orang yang kompeten. Meskipun mereka bukan istri-istriku. Aku bisa memberikan sedikit kepercayaan pada mereka, mencari tahu seberapa bisa mereka dipercaya. Lalu, menyerahkan tugas itu pada mereka. Merekrut orang jujur dan berkemampuan, memang sangat menantang. Tetapi bukan hal mustahil."

Asmi terdiam sambil menatap Tama. Membuat pria itu mengira bahwa dia telah terlalu banyak bicara. Sehingga membuat Asmi bosan. Padahal, Asmi sangat suka menyimaknya menjelaskan sesuatu.

"Ah, iya. Mau nonton drama lagi, di sini?"

Asmi mengangguk ketika mendapat tawaran itu. Bukan untuk dirinya. Melainkan agar suasana hati Tama sedikit membaik, atau bisa teralihkan pikirannya dari ruwetnya masalah.

"Pake hape aku aja," ucap Tama mengusulkan. Dia membuka aplikasi streaming, dan menyerahkan ponsel itu pada Asmi. Sebelum kemudian dia berjalan ke dapur mini untuk menyeduh kopi.

"Biar aku yang buatkan minum," usul Asmi.

"Tidak usah. Duduklah tenang-tenang."

Tama bukan orang yang biasa menyaksikan drama di handphone. Sehingga dia tidak tahu bahwa dirinya bisa memblokir semua pemberitahuan dari chat WhatsApp. Ketika sedang asyik memilih judul, Asmi membaca sebuah chat di jendela notifikasi. Sebuah pesan yang membuatnya sangat terkejut.

Maman: Terima kasih, Bos, uangnya.

Asmi mengetuk pemberitahuan itu. Di sana terdapat rentetan obrolan antara Mama dan Tama yang membakar hatinya.

INSYAALLAH, SUAMIMU JODOHKU (TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang