SUMPAH
Demi apa tadi aku ngira cerita ini hilang, ternyata gara-gara sinyal wkwkwk 😭Huuh pagi-pagi senam jantung. Anyway, selamat membaca...
Suara langkah kaki yang menapak silih berganti ke lantai terdengar cukup keras sebab tergesa. Saat jam istirahat tiba, Moreo langsung bergegas menuju UKS untuk melihat Sakra. Pasalnya tadi Sakra sampai pingsan karena kesakitan. Entah ada apa dengan anak itu, Moreo tidak tahu.
Sakra duduk di salah satu brankar dengan pandangan fokus ke satu arah saja.
Dia sudah sadar.
"SA!" panggil Moreo.
"Sssttt!" Penjaga UKS langsung meletakkan telunjuk mereka di depan bibir saat Moreo memanggil Sakra lantang. Maklum. Namanya juga Moreo. Ia lupa bahwa di UKS juga ada orang sakit lain.
"Maaf, maaf," bisik Moreo.
Ia mendekati Sakra yang termenung di salah satu brankar. "Kamu kenapa?" bisiknya.
Sakra menggeleng polos. Masih dalam posisi mata yang tak beralih dari titik fokusnya tadi.
Moreo memegang lengan Sakra, lalu keningnya. "Kok kamu dingin?"
"Itu namanya keringat," balas Sakra tanpa tenaga.
"Kok bisa berkeringat?" tanya Moreo random.
Petugas PMR datang memberikan minuman hangat kepada Sakra. "Permisi... Nih minum dulu."
Sakra akhirnya berhenti termenung. Ia mengambil air hangat yang diberikan petugas PMR. "Makasih."
"Masih ada sakit?" tanya petugas PMR itu.
Sakra menggeleng sambil mengisi kerongkongannya dengan minuman teh hangat. Anggukan kepala dari si petugas PMR ke Sakra menandakan anak PMR itu paham maksud Sakra yang hanya menggeleng. Detik berikutnya, petugas PMR tersebut pergi memeriksa yang lain.
"Kamu tadi kenapa?" tanya Moreo.
Sakra meneguk minumnya sampai habis. "Aku mimpi aneh."
"Mimpi apa?"
"Aneh pokoknya."
"Ish, aku pukul kau!" Moreo kesal duluan.
Bukannya tersinggung, Sakra malah tertawa karena jawaban Moreo.
"Malah ketawa!" kata Moreo.
"Mor. Kepalaku pusing," keluh Sakra pada sahabatnya.
"Tidur lagi!" suruh Moreo membantunya tidur. "Jangan duduk, Bego!"
"Tapi aku nggak mau tidur," kata Sakra.
"Nanti kamu sakit beneran loh, Sa!" ujar Moreo.
"Mor. Jangan lapor Bapak, ya," pinta Sakra.
KAMU SEDANG MEMBACA
Sayang Tak Terbasuh Hujan
Teen Fiction"Bapak..." Sebait nyeri terlaung lewat perihnya alunan tangis. Sakra menggenggam tangan sang ayah erat, menitikkan air mata tak henti. Bapak mengukir senyum. "Bapak akan selalu bangga menjadi ayahmu." Isakan Sakra terdengar semakin keras. Dia seseng...