26 : : Dilema

64 8 0
                                    

Helloooww, apa kabs? Liburan begini kadang bikin lupa hari hahahaha 😂

Anyway, selamat membaca!

Bapak membuka pintu rumahnya ketika mendengar Sakra datang

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Bapak membuka pintu rumahnya ketika mendengar Sakra datang. Senyum senang tampil di wajah Bapak seperti biasa.

"Pak..." Sakra menyapa.

Melihat wajah Bapaknya, membuat batin Sakra merasa sesak. Ada sesuatu yang mengganjal di hati Sakra. Tentang dirinya yang sudah menemukan keluarga kandungnya, pasti akan membuat Bapak merasa sedih. Sakra tak tahu harus bicara bagaimana dengan Bapak.

"Baru pulang, Sayang?" tanya Bapak membelai kepala Sakra serta mencium keningnya.

"Hm'um," balas Sakra.

Bapak melihat pasangan suami istri di belakang anaknya. Ada Radja juga.

"Assalamualaikum, Pak." Radja hormat.

"Assalamualaikum." Mama dan Papa ikut mengucapkan salam dengan ramah.

"Waalaikumsalam." Bapak menjawab sambil tersenyum. "Nak Radja?"

Radja membalas senyuman Bapak seraya mengangguk. Ia hendak menyalim tangan Bapak, namun kedua tangan Bapak lebih dulu meraih tangan Radja.

"Selamat ulang tahun ya, Nak!" seru Bapak dengan wajah berseri.

"Makasih, Pak." Radja membungkukkan kepala dekat tangan Bapak.

"Kamu sama orang tuamu?" tanya Bapak menebak.

Radja mengangguk.

"Silakan masuk, Pak, Bu." Bapak mempersilakan.

Papa dan Mama tersenyum. "Terima kasih..." Mereka masuk ke dalam gubuk sederhana milik Adhi itu. Papa dan Mama melihat ke sekitar. Apa benar di tempat seperti ini anak mereka hidup selama ini?

Hansa dan Rinda keluar dari kamar mereka untuk melihat siapa yang datang.

Bapak melihat Sakra yang berjalan di sampingnya. "Kamu pulang sama Radja? Moreo sama Luna ke mana?" tanya Bapak.

"Mereka udah pulang, Pak," jawab Sakra.

"Kok nggak sama kamu? Kamu ditinggal?" tanya Bapak lagi.

Sakra menggeleng. "Bukan gitu."

"Trus?"

"Pak," panggil Sakra. Ia berhenti. Sakra menunjuk kedua orang tuanya. "Mereka ... orang tua kandung Sakra."

Barulah saat itu Bapak terdiam.

Sakra tahu Bapak pasti akan sangat terkejut dengan ucapannya. Terlihat dari wajah Bapak yang langsung berubah setelah Sakra memperkenalkan Mama dan Papa.

Sakra melihat kedua orang tua kandungnya. "Ma, Pa, ini Bapak. Orang yang besarin Sakra. Mh, maksudnya Regan."

Mama mendekat. Perempuan itu bersimpuh di bawah kaki Bapak tanpa ada rasa malu. "Pak... Bapak... Saya berterima kasih banyak."

Sayang Tak Terbasuh HujanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang