Hari Jumat, harinya update 🌞
Selamat membacaa...
Tanggal merah.
Hari yang paling disenangi murid selain hari Sabtu atau Minggu.
Pagi yang indah. Sakra, Hansa, dan Rinda duduk di sofa rumah menonton televisi kecil versi lama. Bapak sudah pergi bekerja, sedangkan mereka baru saja bangun dan berkumpul di ruang keluarga sambil menyantap cemilan keripik.
"Eh, Bang. Tau nggak sih?" tanya Rinda.
"Nggak," balas Hansa.
"Ish! Tau ah!" Rinda melempar keripik kecil ke arah Hansa.
Segampang itu membuat Rinda bad mood pagi hari. Hansa cengar-cengir sendiri jika berhasil menganggu suasana hati adiknya.
"Kenapa?" tanya Sakra.
"Ada tetangga baru tau, Bang Sakra," lanjut Rinda. "Ibu-ibu. Janda. Baru pindah ke sebelah."
"Trus?" tanya Hansa.
"Kemarin dia dateng ke sini ngasih buah-buahan sorenya. Mau mendekatkan diri sama tetangga katanya," jawab Rinda. "Cantik tau!"
"Oh ya?" tanya Sakra. "Janda cerai?"
"Iya kalau nggak salah." Rinda menggidik bahu. "Hmm kayaknya dia cocok deh sama Bapak," ujar Rinda.
"Sama Bapak?" tanya Hansa lagi.
"Iya. Biar Bapak nikah," kata Rinda. "Kasian tau Bapak kesepian nggak ada kekasih."
Sakra dan Hansa saling memandang satu sama lain.
"Kita jodohin Bapak sama Ibu itu gimana?" tanya Rinda semangat.
"Ish, tetangga kita, kan, janda. Nggak cocok sama Bapak!" kata Hansa.
"Loh kenapa?"
"Soalnya Bapak masih suci," jawab Hansa lagi. "Bapak belum pernah nikah loh. Kalau tetangga kita itu, kan, janda. Berarti udah pernah jadi milik orang. Nggak! Nggak! Nggak setuju aku."
"Bener sih kata Hansa. Bapak nggak cocok sama janda," kata Sakra.
"Trus mau nunggu sampai kapan?" tanya Rinda. "Susah tau nemu ibu-ibu yang belum pernah nikah. Janda juga belum tentu jelek, kan?"
"Liat situasi kondisi dulu lah. Orang Bapak aja belum pernah ketemu sama ibu-ibu itu. Kamu malah main jodohin mereka," kata Hansa.
"Ya tapi, kan, niatku baik."
Sakra tersenyum dan menguyal kepala Rinda di sebelahnya. Perlakuannya itu dibalas senyuman manis dari sang adik.
Sakra bangkit lantas berjalan menuju meja makan, hendak melihat makanan apa saja yang ada di meja tersebut.
Kotak bekal Bapak.
"Loh?" Sakra mengambil kotak bekal itu. "Bapak nggak bawa bekal?"
Hansa dan Rinda menoleh serempak.
KAMU SEDANG MEMBACA
Sayang Tak Terbasuh Hujan
Teen Fiction"Bapak..." Sebait nyeri terlaung lewat perihnya alunan tangis. Sakra menggenggam tangan sang ayah erat, menitikkan air mata tak henti. Bapak mengukir senyum. "Bapak akan selalu bangga menjadi ayahmu." Isakan Sakra terdengar semakin keras. Dia seseng...