Moreo mengintip sesuatu di balik tembok sekolah bersama Sakra yang ikut menengok di atas kepalanya.
"Mana?" bisik Sakra.
"Tunggu," ujar Moreo berbisik. Cowok itu menyipitkan mata, mencari-cari seseorang yang terhalang dedaunan. "Itu! Itu dia!"
Devita.
"Wah, dia cakep bener!" puji Moreo tergila-gila.
"Sekarang?" tanya Sakra.
Moreo mengangguk. Ia memberikan ponselnya pada Sakra. "Sekarang."
Sakra mengajak Moreo untuk mendekati Devita yang sedang berdiri seorang diri. Ketika berada dekat, Sakra dan Moreo pura-pura sibuk mencari orang.
"Siapa, ya, enaknya?" tanya Sakra melihat ke kanan dan kiri, lantas melihat Devita. "Itu dia!"
Gadis bernama Devita itu terkejut saat dua orang cowok mendekatinya sambil berlari. Sakra tidak jago beginian sebenarnya. Tapi akan ia lakukan demi Moreo.
"Permisi," kata Sakra. "Saya lagi main truth or dare sama temen saya. Nah karena dia kalah dan dapetnya dare, saya nantangin dia buat foto sama orang random sambil pegangan tangan. Boleh?" tanya Sakra.
"Hm?" Cewek itu masih mencerna. "Sama saya?"
Sakra mengangguk. "Iya, boleh?"
"Nggak lama kok," kata Moreo gugup.
Devita tersenyum canggung sambil menyelipkan beberapa helaian rambut ke belakang telinga. "Mmmm boleh deh."
Yes, batin Moreo.
Sakra tersenyum lebar karena rencana Moreo berhasil. Moreo berdiri di samping Devita. Mereka berpegangan tangan, berhasil membuat jantung Moreo loncat-loncat. Kaki Moreo gemetar, sampai cowok itu harus memegang kakinya agar diam.
Dengan isyarat tangan, Sakra menyuruh Moreo untuk tetap tenang dan jangan grogi.
Moreo tersenyum ke kamera.
"Satu, dua, tiga."
Cekrek.
Sakra memotret mereka sekali.
Ketika tangan Moreo dan Devita terlepas, Moreo tersenyum sambil berkata, "Makasi, ya..."
"Iya, sama-sama..." Gadis bernama Devita untuk mengangguk ramah.
Sakra mengajak Moreo pergi dengan langkah tenang. Tidak boleh bersorak. Pura-pura tidak ada apa-apa jika masih di dekat Devita.
Ketika sudah jauh, kedua cowok itu berlari sambil tertawa.
"Hahahaha! Sa! Woah! Gila!" seru Moreo sambil bertos ria dengan sahabatnya. "Gila! Gila! Gila!"
Sakra memberikan Moreo foto yang ia abadikan. "Nih! Keren tau!"
KAMU SEDANG MEMBACA
Sayang Tak Terbasuh Hujan
Roman pour Adolescents"Bapak..." Sebait nyeri terlaung lewat perihnya alunan tangis. Sakra menggenggam tangan sang ayah erat, menitikkan air mata tak henti. Bapak mengukir senyum. "Bapak akan selalu bangga menjadi ayahmu." Isakan Sakra terdengar semakin keras. Dia seseng...