Minggu depan balik normal update 2 chapter ><
Radja dan Sakra bermain basket trampolin di salah satu mal. Kebetulan hanya ada mereka di ruang trampolin yang sangat luas karena pengunjung lain berada di wahana yang berbeda.
Sakra memasukkan bola ke dalam ring. "Tiga-tiga."
"Anjir!" kata Radja. Radja merebut bola Sakra dan melompat. Lompatannya sangat tinggi ketika dibantu trampolin.
Radja mencoba melempar bola ke arah ring, tapi tidak masuk. "Yaahh..." Radja kecewa.
"Hahahaha!" Sakra tertawa.
Radja terkekeh. Ia mengambil bolanya lagi dan melemparnya ke arah Sakra yang sedang tertawa.
Sakra jatuh begitu bola itu sampai di kepalanya. Radja yang ngakak paling kencang. Usilnya lagi, saat Sakra jatuh, Radja melompat-lompat tinggi sampai tubuh Sakra ikut melayang di udara berulang kali.
"Mas! Mas, diem!" suruh Sakra.
Radja tertawa tak berdosa.
Sakra tak bisa berdiri. "Mas!"
Radja menjatuhkan badannya di trampolin dan langsung duduk. Barulah gempa bumi itu akhirnya berhenti. Sakra tiduran di trampolin, disusul oleh Radja.
Mereka mengatur pernapasan sambil melihat langit-langit.
"Cape juga, ya?" tanya Radja.
Sakra mengangguk. "Iya."
Radja melihat jam tangannya. "Sekarang udah jam lima sore."
"Hah? Cepet banget." Sakra tak sadar waktu.
"Tadi kita nonton bioskop, woy! Filmnya aja dua jam. Gimana kaga cepet?" Radja terkekeh.
Haha, iya benar. Mereka tadi ke bioskop untuk menonton film action. Pertama kali Sakra menonton film di bioskop, rasanya luar biasa. Layarnya begitu besar, suaranya sangat keras. Ditambah lagi ia dibelikan popcorn dengan Radja. Entahlah, Sakra tidak tahu kenapa Radja menraktirnya banyak sekali hari ini. Tapi yang jelas, Sakra bahagia.
"Mas, makasih," kata Sakra tulus.
"Hm?" Radja menoleh ke arahnya.
"Makasih buat hari ini," tambah Sakra.
Radja tersenyum. "Kamu seneng?"
Sakra mengangguk. "Iya. Seneng banget."
"Baguslah." Radja melihat langit-langit ruang trampolin. "Mas emang sengaja mau ngajakin kamu keluar biar suasana hatimu membaik. Kejadian kemarin pasti bikin kamu sedih. Makanya Mas mau ajak kamu cari hiburan. Baguslah kalau kamu seneng."
Sakra tersenyum kecil. Keadaan menjadi sepi.
"Mas kenapa selalu baik sama Sakra?"
Pertanyaan itu muncul di sela-sela keheningan. Tak ada jawaban dari Radja.
KAMU SEDANG MEMBACA
Sayang Tak Terbasuh Hujan
Fiksi Remaja"Bapak..." Sebait nyeri terlaung lewat perihnya alunan tangis. Sakra menggenggam tangan sang ayah erat, menitikkan air mata tak henti. Bapak mengukir senyum. "Bapak akan selalu bangga menjadi ayahmu." Isakan Sakra terdengar semakin keras. Dia seseng...