Hai semuaa, maaf jam segini baru update. Lagi sibuk hari ini heheee...
Ini chapter baru buat yang nunggu kelanjutannya 💖
Happy reading!
"Makasih, Bu. Silakan datang kembali." Sakra tersenyum ramah pada seorang perempuan yang baru saja meninggalkan toko.
Hari sudah semakin gelap. Dilihatnya Luna yang masih tertidur pulas di ruang baca.
"Bangunin tolong."
Sakra mengembuskan napas panjang. Sudah tiga jam lebih. Cowok itu melihat ke jendela, tak ada tanda-tanda pelanggan akan masuk. Sakra berjalan menuju ruang baca, mendekati Luna yang tertidur dengan kepala yang rebah di meja serta tangan yang ia jadikan alas kepala.
Tangan Sakra berhenti saat ia ingin membangunkannya. Sakra diam beberapa saat, melihat Luna lebih lama lagi.
Kenapa dia cantik sekali? pikir Sakra.
Sakra menarik kursi di sebelah Luna, ikut merebahkan kepala untuk memandang gadis itu lebih lama. Sakra tersenyum tanpa sadar.
Apa semua perempuan secantik ini saat mereka tertidur?
Sakra mengelus lembut tangan Luna, "Luna..." Ia berbisik. "Bangun."
Luna membuka mata perlahan. Wajah mengantuk gadis itu sangat terlihat. Sakra duduk tegap, diikuti oleh Luna yang menutup wajahnya beberapa saat.
"Masih ngantuk?" tanya Sakra halus.
Luna memberikan senyuman ke Sakra. "Lama, ya, aku tidur?"
Sakra terkekeh. "Tiga jam."
"Masa??" Luna kaget.
Sakra tertawa sambil mengangguk. "Iya."
"Waduh, pasti aku nanti begadang nggak bisa tidur." Luna melihat lurus ke depan. "Ngomong-ngomong makasih, ya."
"Sama-sama..." Sakra menjawab. "Kamu mau lanjut belajar?" tanya Sakra. Cowok itu merapikan buku-buku Luna yang berantakan.
Luna mengangguk.
Sakra melihat ada sticky note atau penanda halaman berukuran kecil berwarna kuning di rambut Luna. "Luna, maaf." Sakra mengambil benda itu dari rambut halus Luna.
Luna terkejut saat Sakra mendekatkan badan beberapa senti ke arahnya dengan tangan yang bergerak ke kepala. Luna membeku cukup lama.
"Sakra? Luna?"
Suara Radja terdengar.
Mereka kaget serempak!
Sakra refleks mengambil sticky note itu cepat dari rambut Luna.
"Kalian ngapain?" tanyanya terkekeh.
"Ha? Engga, ini... Tadi ada ini di rambut Luna." Sakra menunjukkan benda kuning itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Sayang Tak Terbasuh Hujan
Fiksi Remaja"Bapak..." Sebait nyeri terlaung lewat perihnya alunan tangis. Sakra menggenggam tangan sang ayah erat, menitikkan air mata tak henti. Bapak mengukir senyum. "Bapak akan selalu bangga menjadi ayahmu." Isakan Sakra terdengar semakin keras. Dia seseng...