Hai semuaaa... Gimana Jumatnya? Ini tambahan chapter dari aku, yaa. Selamat membaca!
"Hansa seneng aku kasih pizza tadi," kata Moreo.
Sakra terkekeh pada sahabatnya. "Makasi banyak ya, Mor. Baik banget."
"Aman..."
Sakra membereskan buku-buku pada raknya, terutama buku sudah selesai baca. Sesekali ia melihat Luna yang duduk di ruang baca seorang diri sambil belajar. Sakra menarik senyuman.
"Kamu sama Luna ada hubungan apa sih, Sa? Banyak loh yang nanyain aku. Akunya malah nggak tau," kata Moreo.
Sakra tersenyum lebar saja. "Doain, ya!" ujar Sakra enteng lalu mendorong trolinya ke arah lain.
"Doain apa?" Moreo bingung. "Doain langgeng? Doain jadian? Doain apa?"
Sakra hanya terkekeh karena ucapan Moreo.
"Kamu suka sama Luna?"
Sakra mengangguk.
"Waahh... Aku dukung banget, Sa!" ujar Moreo. "Kamu pinter, Luna pinter. Kamu cakep, Luna juga cakep. Gila!" Moreo bertepuk tangan heboh.
"Hei, ssstt!" kata Sakra menghentikan Moreo. "Jangan ribut."
Masih dengan sisa rasa gembira, Moreo tersenyum lebar pada Sakra. "Bakal jadi couple keren sih kalian."
"Tapi..." Sakra menggantung kalimatnya. "Aku ngerasa nggak pantes buat Luna."
"Loh?" Moreo ternganga. "Nggak pantes dari mananya, anjir?! Kau itu pinter, cakep, baik, dewasa, pengertian, penyayang. Kurang apanya lagi?"
Sakra tersenyum kecil. "Orang tua Luna pasti nggak setuju anaknya pacaran sama orang miskin kayak aku."
"Oh come on! Kamu belum nyoba, kan, Sa?" tanya Moreo.
Sakra menghela napas panjang.
"Aku pengen nyoba. Tapi aku juga nggak tega liat dia pacaran sama aku. Nanti dia dijadiin bahan tertawaan sama orang-orang." Sakra mendorong trolinya lagi, kali ini sudah selesai. Ia kembali ke meja kasir.
"Sa..." Moreo mendekati sahabatnya.
"Cewek kayak Luna itu berhak dapet yang terbaik, Mor," kata Sakra.
"Kamu yang terbaik, Sa."
Sakra menggeleng. "Apalah aku... Aku orang biasa," katanya sambil melihat Luna dari kejauhan. "Dia cantik sekali."
Jeda sejenak.
"Mungkin lebih baik aku jadi penggemarnya aja. Aku senang lihat dia, entah dari dekat ataupun dari kejauhan. Dia selalu bersinar seperti bulan," kata Sakra. "Aku pengen jaga dia, Mor."
"Iya lakuin dong, Sa... Kamu jangan dengerin apa kata orang. Kalau kayak gini, kamu sampai kapan pun nggak bakal dapet jodoh," ujar Moreo. "Luna itu cocok banget buat kamu."
KAMU SEDANG MEMBACA
Sayang Tak Terbasuh Hujan
Fiksi Remaja"Bapak..." Sebait nyeri terlaung lewat perihnya alunan tangis. Sakra menggenggam tangan sang ayah erat, menitikkan air mata tak henti. Bapak mengukir senyum. "Bapak akan selalu bangga menjadi ayahmu." Isakan Sakra terdengar semakin keras. Dia seseng...