Di pasar malam yang ramai, dua orang remaja berjalan bersebelahan di trotoar jalan. Sakra lupa bahwa dirinya sedang sakit. Ia memilih untuk menemani Luna di pasar malam.
"Kamu saudara berapa?" tanya Sakra ke Luna.
"Aku sendiri." Luna menjawab. "Aku denger dari Moreo, katanya, sorry, kamu bukan anak kandung Bapakmu, ya?" tanya Luna.
"Hm. Iya..." Sakra melihat lurus ke depan. "Bapak nemuin aku hanyut di sungai dulu. Katanya dulu Bapak nemuin aku udah nggak nafas. Tapi ditolong Bapak dengan segala cara. Makanya aku sekarang masih hidup."
"Itu kamu umur berapa?"
"Sekitar empat tahunan kata Bapak."
"Trus pas kamu bangun, kamu nggak nyariin orang tuamu? Atau keluargamu?" tanya Luna.
"Masalahnya aku lupa ingatan pas sadar. Aku nggak inget aku siapa, orang tuaku siapa, dan rumahku di mana. Bapak udah bantu cari keluargaku sampai ke kantor polisi yang berbeda-beda. Tapi nggak nemu," kata Sakra.
"Kamu masih lupa ingatan sekarang?" tanya Luna.
"Ada beberapa yang aku ingat. Tapi samar-samar. Setauku aku anak kedua dari dua bersaudara. Aku inget beberapa momen bersama keluargaku, tapi aku nggak inget wajah mereka. Aku nggak inget di mana kami tinggal dan siapa aja nama anggota keluargaku," kata Sakra.
"Kalau nama Sakra itu dikasih siapa?"
"Bapak."
"Ooh berarti kamu juga nggak inget siapa nama aslimu?"
Sakra menggeleng.
"Sakra itu artinya apa?" tanya Luna penasaran. "Tumben aku dengar orang namanya Sakra. Biasanya Cakra, Saka."
"Sakra..." Cowok itu bergumam. "Sakra itu artinya orang yang kuat. Pemimpi, tulus, dan semangat."
"Wah, keren banget Bapakmu buat nama. Unik tau! Nggak pernah aku denger."
Sakra terkekeh bersama Luna.
Luna menghela napas panjang. Gadis itu menghirup udara segar sembari menaruh kedua tangannya ke belakang. "Menurutku, Bapakmu orang yang lembut."
"Memang." Sakra tersenyum. "Bapak itu orang penyayang."
"Kalau adik-adikmu? Mereka anak kandung Bapak?" tanya Luna.
"Nggak juga. Adikku yang cowok, Hansa, dia diadopsi dari panti asuhan. Dulu dia anak korban KDRT, makanya Bapak adopsi karena kasihan sama dia. Sering dipukul orang tua kandungnya katanya," cerita Sakra. "Trus dibuang ke panti asuhan."
"Ih kok gitu?"
"Nggak mau anak cowok, maunya anak cewek. Karena Hansa ternyata cowok, mereka nggak suka gitu," balas Sakra.
Luna iba. "Masih ada ya orang tua pandang gender kayak gitu?"
"Ada. Orang tua Hansa." Sakra menggidik bahu. "Tapi sekarang Hansa jauh lebih ceria semenjak diadopsi Bapak. Dia adikku paling tengil. Selalu aja buat ulah, apalagi sama Rinda. Mereka kayak Tom and Jerry tau!"
KAMU SEDANG MEMBACA
Sayang Tak Terbasuh Hujan
أدب المراهقين"Bapak..." Sebait nyeri terlaung lewat perihnya alunan tangis. Sakra menggenggam tangan sang ayah erat, menitikkan air mata tak henti. Bapak mengukir senyum. "Bapak akan selalu bangga menjadi ayahmu." Isakan Sakra terdengar semakin keras. Dia seseng...