"Makaann..." Rinda menyajikan makanan di atas meja.
"Waahh, anak Bapak baik banget gantiin Bapak masak. Maaf ya, Nak, Bapak bangunnya terlambat," kata Bapak pada Rinda.
"Nggak apa-apa, Pak. Mulai sekarang biar Ade aja yang masak," kata Rinda.
Sakra duduk di meja makan, menghadap Hansa. Hansa nyengir lebar ke arahnya, sedangkan Sakra menyipitkan mata, masih ingat kejadian kemarin.
"Tuh, Pak! Liat dua anak Bapak itu!" kata Rinda menunjuk kedua kakaknya.
Bapak tertawa langsung.
Hansa menunjukkan wajah imut pada Sakra.
"Tumben loh Sakra kesel sama Hansa. Pemandangan langka ini!" kata Bapak.
"Abis, malu-maluin banget!" ujar Sakra langsung. "Calon adik ipar apanya! Mana sekarang Sakra bakal ketemu dia nanti."
"Wuih!" Bapak dan Rinda terkejut.
Waduh. Sakra keceplosan!
"Abang mau ketemu dia lagi?" tanya Bapak.
Sakra menelan salivanya. Mampus. Ia salah berbicara. Sakra tak sengaja mengucapkannya. Sungguh.
Hansa keburu ngakak duluan.
"BUAHAHAHAA!" Hansa tak tahan.
Rinda duduk di kursi sebelah Sakra. "Abang mau nge-date?"
"Ha? Enggak... Itu..."
"HAHAHAHAA!" Hansa menertawai Sakra sampai memukul-mukul meja saking ngakaknya.
Entah bagaimana, tawa Hansa malah menular ke Sakra. Sakra ingin menjelaskan sesuatu, tapi ia sendiri tak bisa menahan tawa melihat cara Hansa terpingkal.
Akhirnya semua ikut tertawa.
Tok. Tok. Tok.
"Assalamualaikum. Permisi..." Suara gadis terdengar.
Sakra membulatkan mata mendengar suara yang sangat ia kenal. Suara ... Luna?
Sakra panik dan langsung berdiri. Ia menutup mulut Hansa yang terus tertawa. "Ssstt!"
"Itu siapa?" tanya Rinda. "Mbak Luna?"
"Aduh!" Sakra menyisir rambutnya menggunakan sela-sela jari tangan dan langsung berlari menuju kamar. Tidak. Tidak mungkin ia pakai celana kolor begini menemui Luna.
Gawat!
Bapak tertawa.
"Panjang umur, panjang umur." Hansa berjalan untuk membukakan pintu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Sayang Tak Terbasuh Hujan
Ficção Adolescente"Bapak..." Sebait nyeri terlaung lewat perihnya alunan tangis. Sakra menggenggam tangan sang ayah erat, menitikkan air mata tak henti. Bapak mengukir senyum. "Bapak akan selalu bangga menjadi ayahmu." Isakan Sakra terdengar semakin keras. Dia seseng...