Rasanya terharu nulis chapter ini 😭😭
Udah pokoknya baca aja. Happy reading!Sakra menyisir rambutnya sebelum berangkat sambil bercermin di cermin kecil. Sakra meraih kado yang telah ia beli lantas keluar dari kamar.
"Pak... Duluan, ya." Sakra menyalim tangan Bapak.
"Kadonya udah?"
Sakra mengangkat kado yang ia bawa. "Udah, Sakra tadi beli waktu pulang sekolah."
Bapak tersenyum lantas mengelus pelan rambut Sakra agar tidak merusak sisiran anaknya. "Selamat bersenang-senang ya, Sayang." Ditoelnya hidung Sakra dengan telunjuk. "Jangan lupa apa?"
"Jangan lupa bersyukur," jawab Sakra.
Bapak terkekeh. Ditepuknya pundak Sakra dua kali. "Jangan minder nanti di sana. Kamu udah ganteng."
Sakra tertawa renyah. Ia mengangguk.
"Bang... Kalau bisa, bungkusin." Hansa menaikturunkan alisnya.
Rinda menjitak kepala Hansa. "Ih! Malu-maluin aja nyuruh bungkus makanan di ulang tahun orang!"
"Biarin. Yang malu, kan, Bang Sakra bukan aku." Hansa nyengir tak berdosa.
"Teganya..."
Bapak dan Sakra tertawa. Hadeh... Bapak sampai geleng-geleng. Suara mobil Moreo yang baru saja datang terdengar dari dalam rumah. Bapak bergerak ke belakang Sakra dan menuntun anaknya keluar. "Udah, jangan dengerin adik-adikmu. Kamu bersenang-senang aja sepuasnya."
Bapak mengantar Sakra menuju mobil Moreo.
"Halo, Bapaakk!" sapa Moreo girang.
"Halo, Moreo... Keren banget kamu."
"Haha, aduh, makasih, Pak."
Kaca belakang mobil Moreo terbuka. "Hai, Om!" sapa Luna girang.
Bapak melambaikan tangan. "Halo... Luna cantik banget, Nak."
Luna tersipu malu. "Makasih, Om..."
Sakra menyalim tangan Bapak. "Sakra pergi dulu, Pak."
"Iya, Sayang. Hati-hati." Bapak melihat Moreo. "Mor, hati-hati bawa mobilnya. Jangan ngebut. Jalanan ramai."
Tangan Moreo naik ke kening. "Siap, Pak!"
***
Moreo, Sakra, dan Luna berjalan masuk ke dalam rumah besar milik Radja. Ini pertama kali bagi Sakra menapak di rumah yang luar biasa luas dan megahnya, sampai cowok itu ternganga takjub.
"Gila ya, kalau rumahku segede ini, aku pasti bakal jadi anak rumahan," ujar Moreo. Pasalnya, meskipun Moreo bisa dibilang orang berada, hartanya masih belum bisa dibandingkan dengan keluarga Radja.
KAMU SEDANG MEMBACA
Sayang Tak Terbasuh Hujan
Teen Fiction"Bapak..." Sebait nyeri terlaung lewat perihnya alunan tangis. Sakra menggenggam tangan sang ayah erat, menitikkan air mata tak henti. Bapak mengukir senyum. "Bapak akan selalu bangga menjadi ayahmu." Isakan Sakra terdengar semakin keras. Dia seseng...