Mulai dari chapter ini, penggunaan nama 'Adhi' diganti 'Bapak', yaa... Mau sekadar kasi tau aja biar ga bingung :D
Selamat membacaa...
"Abang! Iiihh!" Rinda berlari mengejar Hansa yang membawa jus miliknya.
Ah, Rinda frustasi! Kenapa kakaknya ini berlari lincah sekali?
"Abaang!!"
Buru-buru Hansa minum jus itu.
"Bapaaakkk! Bang Hansa minum jus Ade!" adu Rinda.
"Bapak lagi sholat," kata seseorang.
Suara itu terdengar bersamaan dengan langkah kaki seorang laki-laki remaja yang baru saja keluar dari kamarnya. Sakra. Ia geleng-geleng, "Ini Tom and Jerry kenapa rusuh mulu dah? Nggak pagi, nggak siang, nggak malem."
"Abaaang..." Rinda manyun ke Sakra yang duduk di sofa.
"Hansaaa." Sakra memandang Hansa, tahu bahwa pasti dia lagi biang keroknya kali ini.
"Iyaa, Abangku, Sayangkuu?" tanya Hansa gemas.
"Eewh," kata Rinda spontan. "Jijik."
Sakra tertawa renyah.
"Bang, jusku di kulkas diminum Bang Hansa," adu Rinda.
"Abiis, salah siapa naruh jus di kulkas? Kan jadinya aku pengen minum," jawab Hansa.
"Loh? Kok jadi salah siapa yang naruh? Salah yang minum dong! Main ambil aja nggak izin dulu, ih," balas Rinda sambil menghentakkan kakinya.
Hansa mendekat. "Makanan-minuman di kulkas, kan, milik bersama. Iya nggak, Bang?" tanya Hansa ke Sakra.
"Ka—"
"Mana bisa!!" Rinda menyolot. Belum Sakra selesai berbicara, dia sudah berbicara duluan.
"Kata Bapak, harus berbagi," jawab Hansa santai.
"Tapi ini Abang udah keseringan! Bapak juga bilang, nggak boleh ambil barang orang kalau belum izin. Iya, kan, Bang?" Rinda melihat Sakra yang sudah memijat kening.
"Udah, kalian—"
"Ih kamu jadi adik pelit banget." Hansa memicingkan mata. Lagi-lagi memotong ucapan Sakra. "Nggak boleh tau pelit-pelit. Nanti kuburannya sempit."
"Iihh!"
"Wo-wo-wow." Sakra langsung berdiri menahan Rinda yang ingin sekali menyerang Hansa dengan kepalan tangannya. "Ade... Nggak boleh."
"Wleee..." Hansa berdiri di belakang Sakra sambil menjulurkan lidah mengejek.
"Abaaang..." Rinda memelas ke Sakra.
"Udah, nanti Abang belikan. Jangan berantem," kata Sakra.
"Wle!" Hansa mengejek lagi.
Sakra asal mendorong kaki Hansa tak keras menggunakan kakinya. "Ini juga! Si kunyuk ini."
KAMU SEDANG MEMBACA
Sayang Tak Terbasuh Hujan
أدب المراهقين"Bapak..." Sebait nyeri terlaung lewat perihnya alunan tangis. Sakra menggenggam tangan sang ayah erat, menitikkan air mata tak henti. Bapak mengukir senyum. "Bapak akan selalu bangga menjadi ayahmu." Isakan Sakra terdengar semakin keras. Dia seseng...