MH || Ketemu mantan

2.2K 116 61
                                    

Haiii

Apa kabar kaliann semuaa?

Semoga sehat-sehat aja yaa

Ambil baiknya buang buruknya

Happy reading!

---

Balutan hijab yang menutupi dada serta setelan rok yang senada mampu membuat aura kecantikan itu terpancar indah.

Bulu mata lentik disertai dengan senyuman manis itu terpantul dalam cermin. Gadis itu berbinar, mengagumi keindahan yang sudah tercipta dihadapannya.

"Ternyata bagus juga gue pake ini," ucapnya sembari memutar, menilai seberapa cocok dirinya memakai pakaian itu.

Setelah kemarin sempat berbelanja pakaian, Rara sudah memantapkan hatinya untuk merubah gaya berpakaian. Walaupun belum se-tertutup Bundanya, tapi dirinya mencoba dari memakai rok terlebih dahulu.

Saat penampilannya sudah pas, Rara mengambil tote bag yang berada di atas nakas. Ia kini turun ke bawah untuk segera pergi ke kampus.

Melihat Bundanya yang tengah duduk menonton televisi, Rara mendekat untuk berpamitan. Ia mencium tangan Adyra dengan hormat.

"Berangkat sama siapa, nak?"

"Ziva, Bun. Dia masih di jalan." Adyra mengangguk, ia melihat penampilan sang anak dengan senyuman bangga.

"Ma syaa Allah, cantik sekali anak Bunda ini." Rara tersipu malu, hal itu membuat Adyra tertawa. "Sana, gih. Ziva udah di luar, tuh."

Rara mengangguk, setelahnya ia bergegas keluar. "Rara kuliah dulu, ya, Bunda. Assalamu'alaikum!"

"Wa'alaikumussalam, hati-hati, nak!"

Mobil yang dibawa Ziva berjalan pelan, menyusuri jalanan komplek yang tampak sepi. Ziva memilih menyetel lagu, ia menoleh ke arah sahabatnya yang tampil berbeda hari ini.

"Cakep lo pake itu, auranya keluar." Rara ikut menoleh, ia memberikan kedua jempolnya.

"Makasih, loh. Ini pilihan Bunda, cocok, lah, sama style gue yang dulu." Ziva membenarkan, ini sangat cocok dengan Rara. Blouse berwarna putih tulang, rok plisket berwarna coklat serta hijab segi empat yang senada. Terlihat sangat manis.

"Eh btw, kemarin lo ke mana sama sepupu lo?" tanya Rara setelahnya, dirinya sudah memposisikan diri untuk duduk agak menyamping.

"Kajian, gue kira ke mana gitu. Dan lo tau? Waktu gue pulang, gue disuruh ganti baju yang dibeliin sama dia. Untung bajunya cakep, ya! Kalau enggak? Gue ogah makenya."

Rara tertawa, "Gamis, ya?" Ziva mengangguk, ia masih teringat dengan ucapan kakaknya itu.

"Ada fotonya, nggak? Gue mau liat, dong!" antusiasnya yang disalahartikan oleh Ziva.

"Fotonya kak Zidan?" Rara berdecak, bukan itu maksudnya. "Foto lo pake gamis! Kenapa jadi kakak sepupu lo?!"

Ziva terkekeh, "Lo nggak liat IG gue?" Rara menggeleng, hal itu membuat Ziva merotasikan matanya. "Pasti nggak punya kuota."

"Betul sekali, makanya mau minta hotspot, hehe. Nyalain, dong!" Ziva memberikan ponselnya, setelah itu Rara segera menyalakannya.

"Makasih, beb. Eh, kita lewat jalan pintas, Ziv! Pak Daffa tiba-tiba majuin jam." Ziva menurut, ia segera berbelok ke arah jalan pintas yang dekat dengan kampus.

---

Setelah mendengar rentetan penjelasan yang membosankan, akhirnya jam perkuliahan sudah selesai. Untung saja hari ini dirinya hanya masuk satu kelas, jadi rasa lelahnya tak terlihat.

Mendadak Halal [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang