MH || Kabar baik

1.3K 40 0
                                    

Haloo

Karena lagi encer otaknya, jadi update cepet

Happy reading

---

Suara jangkrik yang menggema serta dinginnya udara membuat malam yang cerah ini terasa sunyi. Cahaya dari bulan tampak ikut bergabung, menjadikan sebuah malam yang indah untuk waktu beristirahat.

Di dalam ruangan, tampak seorang wanita tengah merebahkan diri sembari berselancar di dunia maya. Ia tampak fokus dengan ponselnya, sampai-sampai tak menyadari bahwa ada seseorang yang memandangnya dengan tatapan sendu.

Rara yang menyadari ada yang memandangnya pun segera menoleh, terlihat Zidan dengan pandangannya yang sendu.

"Kenapa?" Zidan tak menjawab, ia langsung memeluk Rara dari arah depan.

"Badan Kakak panas banget, Rara ambilin kompresan, ya?" Rara khawatir tatkala suhu tubuh Zidan menempel ke arahnya. Badan itu menghangat tak seperti biasanya.

"Nggak usah, aku cuma mau peluk kamu aja." Zidan semakin mengeratkan pelukan itu, wajahnya ia sembunyikan di ceruk leher milik sang istri.

"Pusing, Ra," adunya sembari menyamankan diri.

"Aku ambilin kompresan, ya? Biar cepet reda panasnya." Akhirnya Zidan mengangguk, ia terpaksa melepas pelukan yang nyaman itu.

Beberapa menit kemudian, Rara membawa baskom dengan air panas. Ia pun segera menempelkan kompresan ke dahi Zidan.

"Tidur lagi, ya? Aku peluk." Zidan segera memposisikan diri di pelukan Rara, tentu saja ia bersembunyi di ceruk leher itu. Sampai-sampai Rara bisa merasakan hangatnya kompresan yang ada di dahi Zidan.

"Syafakallah, Zauji." Rara mengelus kepala itu, Zidan yang merasa kantuknya datang segera memejamkan mata.

---

Samar-samar, Rara mendengar ada seseorang yang muntah di kamar mandi. Ia segera membuka matanya dan meraba-raba ke samping ranjang.

Merasa bahwa orang yang ada di sampingnya tidak ada, Rara segera bangun dan sedikit mengumpulkan nyawanya.

Setelahnya, ia bergegas ke arah kamar mandi untuk mengecek sesuatu. Terlihat di depan wastafel, Zidan tampak berusaha untuk mengeluarkan muntahannya. Rara yang tak tega pun segera mendekat.

Ia membantu memijit tengkuk Zidan, tetapi hanya cairan bening saja yang keluar. Hal itu tentu saja membuat Zidan lelah.

Melihat Zidan yang sudah tak mual, Rara membantu membersihkan mulut itu. Selepas itu, ia mengecek suhu badan Zidan yang masih panas.

"Mual banget, Ra," rengeknya sembari memeluk erat tubuh Rara. Ia merasa lemas setelah mengeluarkan beberapa cairan dari mulutnya.

"Kita ke kamar, ya. Kamu istirahat dulu. Masih jam 3 ini." Zidan hanya menurut, ia berjalan sembari memeluk Rara.

Kini keduanya sudah berada di atas ranjang, tentu saja dengan Zidan yang semakin menempel ke tubuh Rara.

"Aku ambil kompresan lagi. Badan kamu masih panas." Zidan menggeleng keras, ia semakin mengeratkan pelukan itu.

"Pakai yang simple aja, di nakas ada, kok." Rara lupa jika ia menyimpan salah satu alat yang ampuh meredakan panas. Untung saja Zidan mengingatnya.

Mendadak Halal [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang