Selamat pagii
Sebelum baca jangan lupa vote yaa
Happy reading
---
Suara adzan yang menggema membuat suasana hati menjadi tenang, ubin masjid yang terasa dingin nampak nyaman untuk ditempati.
Air keran yang semula mati kini perlahan memancarkan tenaganya. Bahkan suaranya seperti alunan melodi yang mengalir deras.
Orang-orang yang tengah beraktivitas seketika menghentikannya, mereka semua berbondong-bondong ke masjid untuk menenangkan hatinya dari kenikmatan dunia.
Tempat yang semula sepi kini sudah ramai, banyak para pengunjung yang ingin berlama-lama di sana. Sebab suasananya terasa nyaman untuk sekedar beristirahat.
Salah satunya dua remaja ini, mereka tengah duduk santai di salah satu anak tangga. Keduanya tak langsung pulang sebab tak rela meninggalkan tempat yang indah ini.
"Ra, gimana sama keputusan lo?" tanya Ziva yang sedari tadi diam, ia penasaran dengan jawaban doa yang Rara harapkan.
Rara menggeleng, pertanda belum menemukannya. "Belum ada, tapi nanti gue bakal coba lagi. Buat memutuskan sesuatu memang perlu waktu, 'kan? Tapi semoga, sih, jawabannya sesuai harapan gue."
"Jujur, ya, Ra. Sekarang hati lo berlabuh ke mana?" Pertanyaan itu membuat Rara bungkam. Ia bingung harus menjawab apa.
"Gue, sih, masih bingung, hati gue udah ada rasa atau sekadar penasaran aja. Tapi jujur, gue kagum sama Kak Zidan, hehe." Ziva sudah menduganya.
"Sesuai prediksi, soalnya keliatan banget waktu pertama kali lo liat dia. Tatapan lo agak beda waktu mandang dia."
"Loh, emang iya?" Ziva mengangguk, sepertinya Rara tak menyadari itu.
"Iya, Ra, tatapan mata lo beda. Seolah-olah lagi liatin seseorang yang bikin hati lo nyaman." Rara terkekeh mendengarnya, sejujurnya ia tak sadar dengan perasaan ini.
"Tadi siapa yang jadi imam? Suaranya merdu banget. Jarang-jarang ada pemuda yang mau mengimami di zaman seperti ini."
Rara dan Ziva saling pandang. "Setuju, sih, sama bapak itu, terus juga suaranya nggak asing."
"Nggak asing? Lo kenal sama yang ngimamin tadi?"
"Dari suaranya, sih, gue udah nebak itu siapa." Rara mengangguk mengerti.
"Ma syaa Allah, tadi kamu, ya, yang jadi imam?"
"Iya, Pak. Itu saya."
"Keren kamu! Jarang-jarang ada pemuda seperti kamu yang mau jadi imam."
"Biasa aja, Pak. Itu u termasuk hal yang wajar, kok."
"Pertahankan, ya, nak. Semoga banyak pemuda seperti kamu di zaman sekarang."
"Aamiin, Pak, terima kasih."
"Tuh, 'kan! Tebakan gue bener, Ra. Yang jadi imam, tuh, Kak Zidan." Sedari tadi, keduanya menguping pembicaraan. Alhasil mereka berdua tau wajah seseorang yang sempat menjadi imam sholat tadi.
"Ma syaa Allah, tadi suaranya merdu banget." Rara mengulum senyum, mendengar fakta itu membuat jantungnya berdetak kencang.
"Ciee, calon imam, tuh." Ziva tertawa, wajah malu-malu Rara terlihat sangat lucu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Mendadak Halal [END]
Romance[Reading List Spotlight Romance of November 2023 WattpadRomanceID] - Seorang gadis yang baru saja berhijrah harus menghadapi sedikit ujian kehidupan, dari mulai obsesi sang mantan sampai ketertarikan seorang dosen kepadanya. Ia bingung dengan hal ya...