MH || Anggota baru [end]

2.3K 51 0
                                    

Haloo

Karena saya greget, jadi endingnya hari inii

WAHH, kira-kira gimana, ya?

Baca aja dehh

Happy reading

---

Ayat-ayat Al-Qur'an menggema di seluruh penjuru ruangan, hawa di sekitar terasa nyaman dan tenang sebab dibacakan oleh suara yang sangat indah.

Lampu yang remang-remang serta derasnya hujan yang ikut serta pun turut berdiskusi bersama alunan nada yang mampu menggetarkan dada.

Rara tersenyum dalam tutupan mata, ia masih nyaman tidur di pangkuan Zidan yang tengah membacakan ayat-ayat Al-Qur'an.

Tak lupa tangannya mengusap-usap perut yang sudah membuncit. Hanya menghitung hari saja, nyawa yang berada di dalam perut itu ke luar untuk melihat dunia.

Setelah shalat isya, keduanya memilih murajaah bersama. Tetapi Rara hanya ingin mendengarkan sang calon ayah untuk melantunkan suara, ia ingin mendengarkan saja.

Setelah beberapa menit berlalu, Zidan menghentikan murajaah nya. Ia mengusap perut itu dengan sayang.

"Nanti kalau kamu lahir, harus bisa hafal Al-Qur'an, ya, Nak. Biarpun nanti dunia tak adil bagimu, kamu masih punya pegangan untuk hidup," ucapnya dengan sayang.

Rara tersenyum mendengarnya, ia jadi tak sabar untuk melihat sang jabang bayi terlahir di dunia. Ia rasa, hidupnya akan lebih sempurna disaat sang anak sudah keluar dari perutnya.

"Uma sama Aba akan selalu membimbing kamu, Nak. Lahir dengan selamat, ya?"

Hujan perlahan berhenti, menyisakan aroma khas yang menguar dalam kamar. Jendela yang semula tertutup, kini sedikit terbuka karena hembusan angin yang cukup besar.

Suasana cukup sunyi, mungkin karena hujan jadi semua orang tetap berdiam diri di dalam rumah. Bercengkrama bersama keluarga yang sangat jarang untuk dilakukan.

Rara mencoba bangkit dari acara tidurnya, tetapi dengan tiba-tiba, perutnya sakit dan hal itu membuat ia mengerang pelan.

"Sayang, kenapa? Apa yang sakit?" Zidan dilanda cemas, ia segera membantu Rara untuk duduk di atas ranjang.

"Perut aku sakit, Kak. Kayaknya dede mau keluar, deh." Mendengar hal itu membuat Zidan dilanda panik, ia segera mengambil barang-barang yang sudah tersedia di dekat ranjang.

"Kita langsung ke mobil, ya? Kamu masih kuat jalan, 'kan?" Rara mengangguk lesu, ia mencoba berjalan dengan tertatih-tatih.

Setelah sampai di dalam mobil, Zidan segera mengambil beberapa peralatan yang sudah ia siapkan. Selanjutnya ia menjalankan mobil dengan kecepatan rata-rata.

"Tahan, ya, sayang. Kamu jangan keluar dulu." Pernyataan itu membuat Rara tertawa, ia merasa lucu dengan ekspresi yang Zidan tunjukkan.

Jalanan tak sepadat biasanya, hal itu tentu saja disyukuri oleh Zidan. Karena itulah, ia bisa menjalankan mobilnya dengan lancar.

Sesampainya di rumah sakit, Zidan segera mengambil beberapa suster untuk membawa brankar. Rara pun segera dipindahkan ke ruangan untuk segera mendapatkan penanganan.

Zidan merasa lega, Rara sudah berada di tempat bersalin. Mungkin membutuhkan waktu yang cukup lama untuk menunggu pembukaan.

Ia segera menghubungi sanak saudara, terlebih orang tua dan mertuanya. Tentu saja berita itu mendapatkan respon yang positif, mereka kini segera bergegas pergi ke rumah sakit untuk menyambut cucu pertama.

Mendadak Halal [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang