Halo haloo
Selamat tengah malam
Happy reading
---
Bunyi klakson yang terus berbunyi menjadi alunan lagu sehari-hari di pusat kota. Berbagai macam umpatan serta dengusan juga ikut serta mewarnai suasana itu.
Mereka semua lelah, tetapi jalanan tak bisa diajak kerja sama karena kemacetan yang melanda. Mungkin saja Tuhan ingin menjadikan umatnya bersabar dalam menjalankan sebuah aktivitas, tetapi terkadang mereka tidak menyadari akan hal itu.
Zidan yang baru saja sampai ke dalam rumah seketika bernafas lega, kemacetan yang terjadi membuat peluhnya berjatuhan.
Apalagi cuaca yang sedang panas-panasnya menjadikan suasana di perjalanan nampak gerah.
Zidan masuk ke dalam, ia segera menuju ke salah satu kamar tempat istrinya yang tengah beristirahat.
Kehamilan yang sudah memasuki trimester dua membuat tubuh Rara gampang lelah, bahkan ia sering titip absen kepada Ziva untuk masalah perkuliahan.
Terkadang Rara ingin selalu berdekatan dengan Zidan, mungkin itu bawaan calon bayi yang ingin selalu dekat dengan sang aba.
Melihat raut wajah Rara yang nampak tenang membuat senyuman Zidan merekah, ia segera mengelus pucuk kepala itu dengan sayang.
Lenguhan terdengar ke telinga Zidan, mata yang sempat tertutup itu kini sudah terbuka lebar.
"Maaf, aku nggak bermaksud ganggu tidur nyenyak kamu." Zidan merasa bersalah, ia duduk di sebelah Rara yang tengah mengerjapkan matanya.
"Aku udah bangun daritadi, Kak. Cuma tadi silau aja kena sinar matahari, jadi keliatan masih tidur," jelas Rara sembari bersandar.
"Ada apa?" tanyanya tatkala melihat raut wajah Zidan yang ingin mengatakan sesuatu.
Sebelum berucap, Zidan mendekat ke arah Rara. Ia segera memeluk tubuh itu dengan erat.
"Pelan-pelan, Kak. Ada dede bayi, loh. Kasian dia kegencet." Teguran itu membuat Zidan melonggarkan pelukannya, ia menatap Rara dari arah samping.
"Kenapa?" Rara bertanya lagi, tangannya sudah berada di atas rambut yang legam itu, ia mengelusnya dengan pelan.
"Aku takut ... tadi aku ketemu sama Daffa, dan dia bilang mau meminang Zahra. Aku takut trauma Zahra kembali kambuh." Usapan itu terhenti, Rara sedikit terkejut mendengar hal itu.
"Pak Daffa?" Akhirnya Zidan menceritakan semua, dimulai dari Daffa yang meminta izin sampai penjelasan yang sedikit membuat salah paham.
"Keputusan kamu gimana?"
"Aku udah ngasih alamat lapas, dan dia setuju untuk datang. Mungkin jika Om Zaki menyetujui, Daffa akan pergi ke rumah untuk meminta izin kepada Abi."
Rara mulai mengerti, Zidan takut jika Ziva tak akan bahagia. Apalagi melihat masa lalu Ziva yang cukup kelam.
"Berdoa aja sama Allah, Ziva akan bahagia bersama pasangannya kelak. Aku yakin, kok, pak Daffa orang baik. Buktinya beliau langsung bertemu dengan kamu, 'kan? Mengutarakan niat yang baik."
Setelah mendengar penjelasan itu, Zidan sedikit lega. Pikirannya yang sedari tadi berkecamuk mulai lurus seperti benang.
"Makasih, ya, sayang. Kalau nggak ada kamu, mungkin aku masih bimbang sama keputusan ini." Rara tersenyum mendengarnya, ia kembali mengusap kepala itu dengan sayang.
KAMU SEDANG MEMBACA
Mendadak Halal [END]
Romansa[Reading List Spotlight Romance of November 2023 WattpadRomanceID] - Seorang gadis yang baru saja berhijrah harus menghadapi sedikit ujian kehidupan, dari mulai obsesi sang mantan sampai ketertarikan seorang dosen kepadanya. Ia bingung dengan hal ya...