MH || Sedikit titik terang

1K 45 0
                                    

Halo haloo

Jangan lupa pencet bintangnya

Happy reading

---

Mendengar suara sang istri yang ketakutan membuat hati Zidan dilanda cemas, dengan gerakan yang cepat ia segera meminta izin kepada salah satu pengurus untuk pulang terlebih dahulu.

Di sepanjang perjalanan, tak henti-hentinya Zidan beristighfar untuk menenangkan hati. Rasa tak enak yang muncul sebelum berangkat membuat ia semakin mawas dari.

"Ya Allah, lindungilah istri hamba."

Setelah menempuh perjalanan dengan kecepatan penuh, kini mobil yang dikendarai oleh Zidan sudah terparkir rapi di depan gerbang.

Ia segera masuk ke dalam rumah, tetapi sebelum itu, netranya tak sengaja menampak pecahan kaca yang berasal dari jendela.

Melihat hal itu membuat Zidan bertambah panik, ia segera membuka pintu yang terkunci itu.

Setelah melihat keadaan yang cukup aman, Zidan segera berlari ke atas untuk menemui sang istri. Jantungnya semakin berdetak kencang tatkala mendengar suara isak tangis yang menggema dari balik pintu.

"Sayang, buka pintunya," ucap Zidan sembari mengetuk pintu kamar.

Beberapa saat kemudian, tidak ada tanda-tanda jika pintu itu terbuka. Hal itu jelas membuat Zidan dilanda cemas.

Dengan tergesa, ia mengambil kunci cadangan yang terletak di nakas dekat kamar tidur. Untung saja kunci itu tak hilang dari tempatnya.

Segera saja Zidan membuka pintu itu, pertama kali yang ia tangkap adalah kondisi Rara yang memprihatinkan.

Zidan semakin tak karuan, ia langsung memeluk tubuh yang mulai gemetar itu.

"Hust, tenang, ya, sayang. Kakak di sini." Rara yang mendengar suara Zidan segera memeluknya dengan erat, tangisannya semakin kencang di dengar oleh telinga.

Zidan semakin menenangkan Rara dengan cara mengusap kepala dan punggungnya, ia tak tega melihat kondisi Rara yang seperti ini.

"Kita pindah ke atas kasur, ya? Biar kamu bisa langsung istirahat." Rara hanya mengangguk lesu.

Setelah merebahkan diri, ia semakin mengeratkan pelukan itu. Untung saja isak tangisnya sudah mereda, hanya tersisa sesenggukan saja.

Zidan segera melepas dekapan itu, ia menangkup wajah sembab Rara dengan pelan.

"Maaf, ya?" Dengan lembut, Zidan mengusap air mata Rara yang masih menggenang di pipi. Raut wajahnya semakin merasa bersalah karena tak kunjung mendapatkan jawaban dari sang empu.

"Ra, Kakak minta maaf udah ninggalin kamu sendirian di rumah. Kakak janji nggak akan ngelakuin kesalahan yang sama." Rara akhirnya mengangguk, ia tak tega melihat raut wajah Zidan yang seperti itu.

Senyum Zidan terpancar, ia sedikit lega karena Rara sudah merespon ucapannya.

"Jangan takut lagi, ya? Kakak akan cari pelakunya." Lagi dan lagi Rara hanya mengangguk, ia belum bisa mengeluarkan beberapa kata dari mulutnya.

Mendadak Halal [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang