MH || Deeptalk

1.9K 74 2
                                    

Halo halo

Gimana kabar kalian hari ini?

Semoga sehat selalu yaa

Happy reading

---

Pakaian yang semula tertumpuk rapi di lemari, kini sudah berpindah ke salah satu koper yang Rara miliki. Setelah semuanya selesai, kamar itu dirapikan karena akan ditinggal oleh sang pemilik.

"Sudah semua?" Sang empu mengangguk, ia sudah selesai menata barang-barangnya yang akan di bawa ke rumah baru.

"Nanti ke rumah Umi dulu, ya? Barang-barang saya masih di sana," lanjutnya yang sekarang sudah merebahkan diri di atas kasur.

"Iya, Kak." Rara ikut berbaring di sisi kiri, ia menoleh ke arah Zidan yang nampak memejamkan mata.

"Capek, ya?" Zidan mengangguk, ia mendekat ke arah Rara untuk meminta pelukan. Kepalanya kini sudah berada di ceruk leher sang istri, hal itu membuat Rara sedikit geli.

"Manja banget, aku kaget liat sifat kamu yang kayak gini tau. Aku kira, kamu, tuh, spek cowok cool. Eh, taunya pinter ngerengek." Rara terkekeh, merasa lucu dengan omongan yang ia keluarkan.

"Saya kira kamu udah tau dari Ziva." Rara menggeleng. "Ziva cuma bilang 'jangan kaget sama sifatnya Kak Zidan' kayak gitu."

"Tumben, biasanya, tuh, anak bocor mulutnya." Zidan bergumam lirih, Rara yang sedikit mendengar itu langsung menoleh.

Tak sengaja kedua netra itu saling menatap, tanpa sadar wajah keduanya hanya berjarak beberapa centi saja. Melihat sinyal-sinyal bahaya, Rara langsung mengalihkan pandangannya.

Setelah adegan itu, suasana menjadi sedikit lebih canggung. Zidan yang malu-malu kucing pun langsung memeluk Rara dengan erat.

"Saya malu, Ra." Rengekan itu membuat Rara tertawa, menurutnya ekspresi Zidan kali ini sangat lucu.

"Harusnya aku yang malu, kenapa jadi kamu?" Zidan menggeleng tak tau, ia semakin mengeratkan pelukannya.

"Manja banget. Suami siapa, sih, ini?" Tangan Rara mengelus rambut Zidan yang tampak lebat, terlihat bahwa sang pemilik rajin untuk merawatnya.

"Suaminya Rara." Rara tertawa lagi, sungguh momen ini sangat menggelitik perutnya.

Setelah menetralkan tawanya, Rara kembali menoleh. "Kak." Zidan berdehem pelan. "Kamu kenapa bisa ngelamar aku? Padahal aku perempuan biasa, masalah agama pun aku masih minus banget. Beda sama anak-anak santri yang kamu ajar."

Mendengar hal itu, Zidan keluar dari persembunyiannya. "Karena kamu jawaban dari doa-doa saya, Ra. Kamu yang Allah pilih untuk menjadi takdir saya."

Rara tersenyum malu, jantungnya seketika berdetak kencang mendengar itu.

"Kamu tau, Ra? Awalnya saya hanya penasaran, siapa perempuan yang tertidur di dalam mobil itu. Apalagi, saya nggak sengaja liat bagaimana cara kamu berpakaian. Dan ternyata, kita bertemu lagi sewaktu saya mengantar Ziva untuk bertemu kamu."

"Setelah pertemuan kedua kita, saya tidak sengaja melihat rambut kamu yang ke luar dari kerudung yang kamu kenakan, Ra. Tak tau kenapa perasaan asing itu muncul, membuat saya bertekad untuk melindungi aurat kamu dari orang-orang yang bukan mahramnya,"

Mendadak Halal [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang