MH || Intimidasi

1.1K 49 0
                                    

Halo haloo

Sebelum baca jangan lupa pencet bintangnya yaa

Happy reading

---

Kemacetan di pusat kota sudah tidak asing lagi bagi para pengguna jalan, apalagi jika sudah memasuki jam pulang kantor, pasti jalanan sudah padat dengan kendaraan.

Sedari tadi bunyi klakson tak kunjung berhenti, bahkan mereka seperti berlomba-lomba dalam memamerkan bunyi klakson kendaraan mereka.

Hal itu tentu saja membuat kebisingan di wilayah kota, sampai-sampai yang terjebak kemacetan sedikit mengeluarkan emosinya.

Melihat raut wajah Ziva yang sudah mulai memerah membuat Rara geleng-geleng kepala. Ia segera menepuk pundak itu dengan pelan.

"Sabar, orang sabar jodohnya mapan," ucapnya yang membuat Ziva mengernyit heran.

"Konsepnya gimana, dah?" Rara menyengir lebar.

"Konsepnya, lo harus sabar. Memang udah sering, 'kan, kita kena macet kayak gini?" Ziva terdiam, setelahnya mengangguk pelan.

"Nah, itu tau. Jadi nggak usah emosi, semua orang di sini juga sama kok kayak lo. Rasanya jenuh sama cape nungguin jalan raya lancar jaya."

Ziva kembali mengangguk, ia menoleh ke arah Rara dengan tatapan menggoda. "Cie udah ketularan Kak Zidan positive vibes nya."

Rara mendelik lebar, ia memukul bahu Ziva yang bergetar karena tertawa. "Gue niatnya baik, loh. Ngingetin lo biar nggak terlalu kesel."

"Iya, Kak. Adikmu ini mengucapkan terima kasih," balas Ziva dengan nada sopan. Rara yang mendengarnya langsung melotot tak terima.

"Gue lebih muda dari lo. Kenapa jadi manggil Kakak, sih?"

Ziva mengangkat kedua bahunya. "Lo, 'kan, istrinya Kak Zidan. Otomatis lo juga jadi Kakak gue."

Rara berpikir, benar juga apa yang dikatakan oleh Ziva.

"Tapi dari segi umur, gue lebih muda dari lo, sih." Rara tersenyum mengejek, membuat Ziva memutar bola matanya malas.

"Iya, deh. Terserah lo."

Bertepatan dengan jawaban Ziva, suara klakson mobil dari arah belakang mengagetkan mereka. Ternyata jalan sudah mulai lancar, pantas saja kendaraan di belakang sedikit menggerutu kesal.

Akhirnya Ziva menjalankan mobilnya dengan wajah meringis, saking asiknya bercerita sampai-sampai ia tak melihat situasi sekitar.

"Bener apa kata pepatah, dunia serasa milik berdua, tapi yang ini beda konsepnya." Celetukan itu membuat Ziva tertawa, pemikiran sahabatnya ini ada-ada saja.

"Konsepnya kita bukan pasangan, tapi sahabat se-hidup se-surga." Rara mengangguk setuju, tak lupa ia mengaminkan ucapan itu.

Setelah berbincang panjang lebar, mereka berdua sibuk dengan pemikiran masing-masing. Membiarkan musik yang menggema di dalam mobil untuk memecahkan keheningan.

---

Membersihkan diri setelah beraktivitas di luar ruangan sudah menjadi rutinitas Rara sehari-hari. Apalagi jika terlalu lama di luar, pasti tubuh akan terasa lengket dan tidak nyaman.

Mendadak Halal [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang