MH || Saling ribut

1.6K 90 0
                                    

Halooo


Sebelum baca jangan lupa vote yaa

Happy reading

---

Mobil yang semula berada di jalanan kini sudah bertengger manis di garasi, sang pemilik tentunya langsung turun dari roda empat itu.

Baru saja mematikan mesin mobil, suara dari sang ibu langsung menyeruak ke dalam telinganya. "Nak, kapan-kapan kita ke rumah Tante Zahira lagi, ya?"

"Mau ngasih kue lagi?" Adyra menggeleng. "Mau promosiin kamu ke anak sulungnya Tante Zahira." Rara melotot lebar, apa-apaan ibunya ini. Memang dirinya barang dipromosikan segala?

"Ngapain Bunda? Kurang kerjaan aja."

"Ih, harusnya kamu seneng. Anak sulungnya Tante Zahira itu ustadz, udah terlihat bibit bebet bobotnya itu." Rara memutar bola matanya dengan malas, sejak kapan ajang promosi anak di selenggarakan?

"Nggak mau, ah! Takut di poligami kalau punya suami ustadz," tolaknya dengan halus. Bukan hanya itu saja yang menjadi alasan, jika takdirnya Rara berjodoh dengan seorang ustadz, takutnya ia tak sebanding dengan jodohnya itu.

"Nggak semua tau, Bunda jamin yang ini setia." Rara masih menggeleng tak setuju.

"Anak Bunda ini masih kuliah, jadi jangan dihasut untuk kenal sama cowo," ucapnya dengan lugas.

"Terserah kamu, deh." Adyra memegang keningnya yang sudah pening, menghadapi anak semata wayangnya memang butuh tenaga ekstra.

---

"Zidan, sudah pulang kamu, nak?" Zidan mengangguk, ia langsung duduk di sofa dengan lemas.

"Capek banget Umi, masalahnya agak serius di sana." Zahira mengusap lembut rambut sang anak, terlihat guratan lelah dari balik wajah itu.

"Namanya juga tanggung jawab, apalagi kamu jadi pengajar di sana." Zidan mengangguk, kedua tangannya langsung mendekap tubuh sang Umi dari arah samping.

"Kayak gini dulu, Mi, Zidan mau ngecas energi." Zahira terkekeh, ada-ada saja kelakuan putra sulungnya.

"Udah gede masih manja aja sama Umi." Zidan tak menghiraukan perkataan dari Zahira, ia sibuk memeluk tubuh itu dengan erat.

"Zidan ngantuk," ucapnya pelan, hal itu membuat Zahira terkekeh. "Kalau ngantuk, ya, tidur! Masa peluk-peluk Umi kayak gini, sih?"

"Biarin, Zidan tidur di sini, ya?" Zahira mengangguk, si empunya yang mendapat persetujuan pun langsung merebahkan diri di pangkuan cinta pertamanya.

"Elus-elus rambut Zidan, ya, Mi? Sampe Zidan tidur."

"Iya, sayang." Perlahan Zidan menutup matanya, nafasnya yang tadi sempat ngos-ngosan kini sudah lebih teratur.

Zahira hanya geleng-geleng kepala melihat tingkah putra sulungnya ini, jika Zidan tengah kelelahan pasti akan manja seperti ini.

Entah berapa tahun lagi sang anak berkeluarga, jika secepatnya pasti ia akan terlepas dengan anak manjanya ini.

"Assalamu'alaikum Bunda." Seorang gadis masuk dengan membawa berbagai macam keperluan, Zahira yang melihat itu hanya bisa pasrah melihat sang keponakan.

Mendadak Halal [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang