🍰 Kue castella dari kota Braga (Empat) 🍰

72 14 2
                                    

Judul lagu multimedia : Juna-My Day, Ost. Yumi Cells 2.

"Jangan menyesal dibelakang seperti nasi yang sudah jadi bubur, Kanta" 🍵 After Ending 🍵

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Jangan menyesal dibelakang seperti nasi yang sudah jadi bubur, Kanta"
🍵 After Ending 🍵

"Jangan menyesal dibelakang seperti nasi yang sudah jadi bubur, Kanta" 🍵 After Ending 🍵

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Castella nya kok bisa beda ya? Dari segi tekstur hingga kelembutan kejunya. Aku belum pernah nemuin castella macam ini bahkan di bakery merk paling ternama sekalipun di Indonesia. Sengertiku ya" komentar Mas Yo yang duduk di sisi kanan, kubikel ku sambil terus mencomot potongan kue castella dari atas piring di meja kerjanya.

Aku sedang sibuk membuat laporan perhitungan asuransi kerja sambil meliriknya sekilas. Aku memutuskan membagikan oleh-oleh pemberian Gaza tersebut kepada teman satu tim, bagian untuk Kehzan dan Agnin juga sudah ku sendirikan. Sisanya baru untukku. Tadi aku juga sudah memberitahu Kehzan perihal kue castella dari Gaza namun dia belum membaca satupun pesan dariku.

Ralat. Pesan-pesanku belum ada yang terkirim.

Menghela nafas pendek, sambil sibuk mengetik aku menjawab Mas Yo lirih. "Kan tadi sudah kubilang, itu buah tangan dari luar negeri".

"Dari Jepang?" Mas Yo menolehkan lehernya padaku.

"Bukan. Portugal. Castella aslinya dari negaranya Christiano Ronaldo dan Rafael Leao, Mas Yo, bukan Jepang. Jepang cuma remake ulang terus karena pinter marketing jadi populer deh. Kalau mau rasa yang autentik ya emang dari sana".

"Oalah gitu, pantesan" Mas Yo manggut-manggut. Sudah akan kembali berkutat pada laptop nya ketika kembali mendekati kursiku. "Emang siapa yang dari Portugal?".

Akhir memalingkan wajah, mendengus sebal padanya, muka gantengnya memberiku tatapan kepo tapi menyebalkan. "Ya, temen".

"Iya temen apa?" Desaknya.

"Idih, Mas Yo kepo banget sih. Bapak Kanta aja bukan".

"Kalau kamu anakku, sudah dari kapan dulu aku ikut pindah ketika kamu memilih bekerja keluar kota" jawabnya kalem sambil menyipitkan kedua mata. Dia menyindirku.

[COMPLETED]AFTER ENDING (#02. Sekuel After Work)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang