🥐 Cerita dibalik sepotong kroisan tuna (Satu) 🥐

61 16 5
                                    

Malam itu aku tidak bermimpi buruk, tapi tetap saja ingatan yang membekas selepas sesi hipnotis dengan Dokter Yovandra masih melekat jelas

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Malam itu aku tidak bermimpi buruk, tapi tetap saja ingatan yang membekas selepas sesi hipnotis dengan Dokter Yovandra masih melekat jelas.

Siapa itu Kanza?.

Kenapa aku merasa sangat dekat dengan sosok tersebut?.

Aku yakin aku dan Kehzan saling kenal sejak kecil, bahkan dengan ibunya, tapi mengapa mereka bersikap seolah baru mengenali ku sekarang?

Lebih penting di atas segalanya ; kenapa Kehzan harus berbohong??.

Atau jangan-jangan aku yang salah menyimpulkan??.

"Kenapa kamu nggak jujur aja sih soal semuanya. Kalau emang curiga ngomong terus terang aja napa. Percuma kalian pacaran kalau main rahasia-rahasiaan?". Kata Agnin pagi itu sewaktu kami sarapan nasi goreng jawa buatannya. Agnin terlihat gemas sekali.

"Nggak segampang itu Nin, sebetulnya aku sendiri masih kurang yakin karena masih sedikit sekali yang bisa ku ingat. Tapi aku berharap dia lebih terbuka duluan padaku. Dia bahkan nggak nanya lho soal isi sesi terapi ku kemarin. Padahal kalau orang normal, semestinya dia kepo kan?".

Agnin memandangku sambil menimbang serta bersedekap di tempat duduknya. "Antara dia percaya kamu bakal cerita duluan, atau dia sendiri takut buat bertanya".

"Kenapa dia mesti takut?".

"Ya, bisa jadi dia takut kamu nanya balik".

"Emangnya aku bakal nanyain apa coba".

Agnin mengerut sambil memberiku lirikan tajam. "Ya dia takut kamu bakal ngajuin pertanyaan kayak semalem, astaga Nta, lama-lama ngobrol sama kamu bisa bikin aku laper lagi karena emosi padahal barusan kelar sarapan!" Mengacak rambutnya sendiri, jengkel.

Aku meringis, menyadari kalau sekarang tingkahku memang membingungkan, tapi sejujurnya aku sendiri tidak tahu mau berbuat apa. Seperti berada di ujung jembatan gelap dan tak bisa melihat jalanan di depanku.

"Nta, kenapa kamu nggak nanya sama kakak-kakakmu aja sih, kalau memang kamu sama Kehzan saling kenal sejak kecil semestinya mereka juga tahu dong. Nggak mungkin mereka sampai nggak tahu teman main adek perempuan semata wayangnya kan" ucap Agnin seraya meluruskan kedua lengan dan mengambil mug berisi teh panas memakai kedua tangan sekaligus.

Aku terdiam seketika, Agnin ada benarnya tapi, kalau dipikir-pikir lagi keluargaku juga menyembunyikan sesuatu dariku bukan? Kalau bukan karena sakit kepala yang muncul sejak setengah tahun silam, juga ingatan mulai kembali mungkin Mas Kandra tidak bakal membicarakan tentang kecelakaan ku di masa kecil.

Tunggu.... Kecelakaan.
Apa jangan-jangan?.

"Nta".

Bulu mataku bergerak-gerak menemukan sosok Agnin yang kini melempari ku tatapan khawatir.

"Coba kamu ngobrol sama mereka baik-baik, sudah waktunya kalian duduk bersama dan membicarakan masalah ini. Jujur aku mencemaskan kondisimu, Nta. Kamu kayak orang tengah menanggung beban sejuta umat di muka bumi ini. Jangan kayak gitu ya, Captain Amerika aja bisa pensiun kok" Agnin meletakkan tangannya di atas punggung tanganku serta memberikan belaian lembut. Terasa menenangkan.

[COMPLETED]AFTER ENDING (#02. Sekuel After Work)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang