🍲Hambar, ketika tak ada rasa (satu) 🍲

28 5 2
                                    

"Sama seperti makanan, cinta ada kalanya menjadi hambar. Jika dibiarkan akan menyebabkan mati rasa. Yang paling parah, bisa untuk selamanya"
🍵After Ending 🍵

🍲🍲🍲🍲🍲🍲🍲🍲🍲🍲🍲🍲🍲🍲

Aku menolak pergi ke dokter, sebaliknya setelah membasuh diri dan bebersih badan aku meminta Agnin mengantarkanku ke tempat lain, beruntung orang yang ingin kutemui sedang tidak kemana-mana, mengingat sekarang akhir pekan dan mungkin dia tak ada e...

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Aku menolak pergi ke dokter, sebaliknya setelah membasuh diri dan bebersih badan aku meminta Agnin mengantarkanku ke tempat lain, beruntung orang yang ingin kutemui sedang tidak kemana-mana, mengingat sekarang akhir pekan dan mungkin dia tak ada energi setelah insiden semalam.

"Kamu kenapa ada disini? Lukamu?" pria itu memperhatikan wajahku dengan seksama di ambang pintu teras rumahnya. Ada kekhawatiran tergambar dikedua matanya.

"Aku sendiri juga heran, kenapa Kanta minta diantar ke sini" celetuk Agnin yang berdiri tak jauh dari tempatku sambil melipat kedua tangan depan dada. Dia agak cemberut, mungkin merasa kurang nyaman.

"Ada yang harus kuceritakan" tukasku menatap lelaki itu, lalu menoleh ke Agnin bergantian.

"Tapi lukamu?"

"Nanti. Sekarang bisa nggak kami masuk" setengah memaksa. Maju ke depan sambil melongokkan kepala, mencoba melihat ke dalam ruang tamu.

Mas Yokandra mendengus. "Kalau kamu berniat, aku bisa apa" lantas mendorong pintu hingga sepenuhnya terbuka dan mempersilahkan kami masuk.

Awalnya aku mau duduk di sofa depan, namun dia justru mengajakku ke ruang keluarga. Agnin duduk tak jauh dariku sambil sibuk melemparkan pandangan ke penjuru ruangan, ini pertama kalinya dia berada disini.

"Nggak usah buatin minum" tukasku pede.

Menarik lengan kanan sweater hitam Mas Yo, hingga membuatnya nyaris terjatuh ke atas sofa.

"Hei. Jangan geer" selorohnya.

Namun mengikuti permintaanku. Kami duduk berhadapan. Dan begitulah, semua cerita mengalir seperti air terjun. Tanpa ada jeda, yang kupotong, kutambahi, atau kututupi. Termasuk...kecemburuan Kehzan padanya (Bagian akhir membuat Agnin melotot kaget, karena dia sendiri belum tahu).

Lalu. Diam sejenak. Setelah aku bercerita sambil menarik nafas banyak-banyak.

"Aku haus" tersenyum tanpa sungkan.

Mas Yo memutar bola mata, seolah sudah paham betul sifatku. "Tunggu sebentar".

Dia berjalan masuk sebentar ke dalam dapur lalu kembali lagi tak lama sambil membawa 3 kaleng minuman berenergi.

"Cuma ada ini" menyodorkan diatas meja.

Aku dan Agnin buru-buru mengambil satu, membuat Mas Yo mengggelengkan kepalanya. Mas Yo mengambil lagi botol milikku hanya untuk membukakan penutupnya.

"Makasih" ucapku seraya mengambil minuman berwarna kekuningan tersebut darinya. Menenggak isinya serta tanpa sadar mendesah lega sewaktu dahagaku terpuaskan.

[COMPLETED]AFTER ENDING (#02. Sekuel After Work)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang