KETEMU ILHAM

18 24 4
                                    

"Gak usah sembunyi, gue udah lihat kok" suara itu berasal dari Ilham sedari tadi ia sudah tau kalau Amel masuk ke dalam perpus, Amel pun segera keluar dari tempat persembunyiannya

"heheh kamu kesini ngapain? " Amel bicara dengan gugup, jujur saja jantungnya berdetak lebih cepat setiap saat berhadapan dengan Ilham, Ilham memandang Amel dengan ketelitian ia menyipitkan kedua matanya memandang dari ujung rambut sampai ujung kaki, Amel tidak tau apa tujuan Ilham melihatnya seperti itu
" Kenapa ada yang salah ?" Ucap Amel dengan kikuk

"Gak ada" ucap Ilham datar ia kelihatannya kesusahan membawa banyak buku cetak di tangannya

" Kalau gak kuat di turunin dulu bukunya, nanti tangan kamu patah" ucap Amel ia kelihatannya sangat khawatir, mengingat tenaga Ilham tak begitu kuat

" Lebay bangat cuma ngangkat buku doang tangan bisa patah" Ilham tertawa mendengar ucapan Amel yang menurutnya ngawur

" Emang benar kok tetangga ku, ada yang tangannya patah cuman karna gak kuat ngangkat beban" Ilham pikir Amel bercanda, karna takut dengan cerita Amel Ilham segera menurunkan buku- buku di tangannya

" Gue jadi ngeri denger cerita Lo Mel, emang dia ngangkat apaan kok bisa sampah patah?" rasa penasaran mulai menjalar di benak Ilham

"Barbel 100  kg, bisa bayangin kan beratnya, hampir aja pak Yanto kehilangan tangannya kalau gak segera di tangani" Ilham hanya diam setelah Amel menjawab pertanyaannya wajahnya datar tanpa menunjukkan ekspresi apapun

" Terserah Lo deh Mel" ucap Ilham ia kembali mengambil buku yang di letakan di lantai tadi

" Ilham kamu marah ? " Ucap Amel penuh selidik

"buat apa juga gue marah dengar pak Yanto itu Mel" ucap Ilham malas

" Bukan itu soal yang lain"

" Oo enggak kok" kok Ilham langsung ngejawab sih, sebenarnya dia tau gak sih apa yang ingin Amel sampaikan ?

" Emang kamu tau, apa yang aku tanyain?" Amel heran saja Ilham langsung menjawab tanpa mendengar

"Tau kok soal UKS kan, Lo punya waktu buat ngejaga Nisa 1 jam tapi ini udah hampir 3 jam Lo belum balik kelas, mau belajar nakal Lo Mel, gue gak suka ya Lo kayak gini, gak disiplin perasaan dulu waktu kelas 7 Lo tipikal anak yang  disiplin jarang telat ke sekolah, kok sekarang malah gini sih, mana Amel gue yang dulu, mau belajar nakal Lo Mel?, kalau mau belajar nakal pas SMA aja, sekarang ini kita tuh harus siap untuk persiapan ujian, Lo harus tingkatkan nilai biar bisa masuk SMA favorit!"

Kenapa perkataan yang muncul dari bibir Ilham membuat Amel tersenyum, kenapa ini ya tuhan, seharusnya Amel marah karna Ilham sudah dengan beraninya membentak dirinya tapi ini malah sebaliknya Amel malah senang, ternyata selama ini Ilham memperhatikan Amel dari kelas 7

Ya Ilham pernah sekelas dengan Amel waktu kelas 7, hal itu membuat Amel kegirangan dan tak sabar ingin cepat ke sekolah di tambah lagi Ilham saat itu duduk di bangku depan dirinya, begitu bahagianya Amel sambil belajar memandang punggung sang pujaan hati

Kebahagian itu tak berlangsung lama, saat kelas 8 Ilham dan Amel tidak sekelas, hal itu membuat semangat Amel runtuh ketika ingin kesekolah, tapi nampaknya takdir berpihak padanya mereka di pertemukan lagi di kelas 9 saat ini, meski Ilham tak lagi duduk di bangku depan, setidaknya Amel masih bisa melihat senyuman Ilham dari jauh setiap hari, entah kenapa terkadang Amel dan Ilham sering sekali berpapasan apa jangan- jangan mereka jodoh ?

Apa Amel salah jika mencintai seseorang yang sudah menjadi milik orang lain?
Dalam pikiran Amel hal yang ia lakukan tidak ada salahnya, kepemilikan berdasarkan hubungan pacaran itu belum resmi secara negara, jadi tak ada salahnya jika mengagumi orang yang hubungannya belum terikat jauh

FOLLOW YOUR HEART Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang